Seiring meningkatnya kebutuhan akan guru berkualitas, tantangan dalam dunia pendidikan menjadi lebih jelas, terutama terkait kesiapan mahasiswa keguruan dalam praktik lapangan. Sebagai pengampu mata kuliah Bahasa dan Sastra di Merauke, saya mendapati mahasiswa keguruan semester bawah, seperti program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PGSD, PGPAUD, Pendidikan Komputer, dan Pendidikan Ekonomi, yang belum menguasai keterampilan dasar membaca, menulis, dan berhitung (Calistung) secara memadai. Tantangan ini tidak berlaku bagi semua mahasiswa, namun jumlah mereka yang belum mampu memenuhi standar keterampilan dasar cukup signifikan, menimbulkan kekhawatiran tentang kualitas pengajaran yang akan diberikan. Kondisi ini diperburuk oleh proses rekrutmen calon mahasiswa yang belum optimal dalam memastikan kualitas calon guru. Karena itu, dibutuhkan seleksi yang ketat melalui rekrutmen yang berbeda, sebagaimana dilaksanakan Kolese Pendidikan Guru (KPG) Papua di Merauke. Melalui rekrutmen yang menerima lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP), KPG berhasil membentuk mereka sejak dini untuk memiliki komitmen dan keterampilan mengajar yang lebik, serta lebih siap menghadapi tuntutan tugas guru, dan mampu menerjemahkannya sebagai panggilan jiwa, bukan sekadar profesi. Tulisan ini menyoroti pentingnya penerapan proses seleksi ketat dalam rekrutmen calon guru, agar institusi pendidikan dan pemerintah dapat mengadopsi kebijakan yang menghasilkan tenaga pendidik berkualitas dengan motivasi kuat untuk menjalankan tugas mulia sebagai guru.
KEMBALI KE ARTIKEL