Sebelum dilantik sebagai presiden, Prabowo Subianto telah menggembar-gemborkan program ambisius bertajuk "Akselerasi Menuju Ekonomi Indonesia yang Hijau, Inklusif, dan Unggul," yang mencakup kebijakan kesehatan gratis, subsidi listrik, subsidi BBM, sekolah gratis, makan siang gratis, subsidi angkutan 100%, dan perguruan tinggi negeri gratis. Istilah "gratis" ini menarik perhatian publik, menumbuhkan harapan besar di tengah masyarakat yang menghadapi beban ekonomi. Namun, "gratis" sering disalahartikan sebagai sesuatu yang tidak memerlukan biaya, padahal semua program tersebut membutuhkan anggaran besar yang pada akhirnya dibayar melalui pajak, utang, atau pengalihan anggaran negara. Artikel ini berusaha mengkritisi apakah janji-janji tersebut realistis untuk diterapkan, atau hanya sekadar retorika politik yang memikat, dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang pada perekonomian Indonesia.
KEMBALI KE ARTIKEL