"Di Teras Malioboro 2 ada masjidnya, lho. Ada tulisannya besar: Masjid al-Kautsar," kata saya kepada seorang teman.
"Iyakah? Tumben enggak mushola saja," sahutnya. "Ukurannya memang besar, ya? Bisa untuk Jumatan gitu?"
Saya tertegun sejenak. Berusaha mengingat-ingat ukuran masjid yang saya ceritakan. "Eh? Kurang tahu, sih. Aku tidak memasukinya kemarin. Karena tidak terpisah dari bangunan besar, aku juga tak bisa memperkirakan luasnya dari luar."
Itu obrolan kami pada tanggal 15 Januari 2025. Yang diam-diam membuat saya bertekad untuk segera bisa shalat di Masjid al-Kautsar tersebut. Kepo juga saya dengan tingkat keluasannya.
Satu hari sebelum obrolan tersebut, saya memang berkesempatan mendatangi lokasi baru Teras Malioboro 2. Yang tatkala itu belum resmi dipakai untuk berjualan. Baru masa transisi.
Para pedagang sedang pindahan. Mereka masih tampak hilir-mudik mengangkuti barang dagangan masing-masing. Malah kami juga melihat Ibu Kadisbud Kota Yogyakarta dan staf hadir di situ.
Sebetulnya banyak hal menarik di Teras Malioboro 2. Sebagaimana yang telah saya tuliskan di Kompasiana beberapa waktu lalu. Namun, perihal keberadaan Masjid al-Kautsar memang paling membetot perhatian.