Mohon tunggu...
KOMENTAR
Foodie Pilihan

Cinta dalam Semangkuk Empal Gentong Lontong

26 Januari 2025   17:50 Diperbarui: 26 Januari 2025   17:50 78 15

Nanti siang diajak Mbak Hesti makan empal gentong. Bisa? Setengah satu.

Demikian chatt WA dari Bu Ria, sang Ketua Posyandu di kampung kami.

Seketika saya bersorak dalam hati. Pucuk dicinta ulam tiba. Sungguh Allah Maha Pengertian. Tanpa hujan tanpa angin kok tiba-tiba ada yang mau mentraktir jenis makanan yang sedang saya idam-idamkan.

Chatt WA Bu Ria segera saya balas. Siyap, siyap.

Bu Ria pun membalas lagi. Nanti kita boncengan. Punya helm 'kan?

Tangkas saya balas lagi. Pasti. Saya punya helm walaupun gak punya motor dan gak bisa motoran.

Singkat cerita, pada sebuah siang yang sedikit mendung kami berangkat makan siang berombongan. Konvoi. Pesertanya dua sepeda motor dan satu mobil. Banyak juga. Saya pikir cuma bertiga.

Sudah pasti saya duduk manis diboncengkan Bu Ria. Waspada sekaligus berusaha menikmati aksinya berzigzag di jalanan Yogyakarta yang sedang padat lancar. Syukurlah kami tiba di warung empal gentong setengah jam kemudian dengan selamat.

Sebuah warung yang besar di tepi persawahan. Lahan parkirnya juga luas. Mungkin lebih tepat disebut mini resto berbentuk aula joglo tanpa dinding.

O, ya. Nama yang tersemat memang Warung Empal Gentong. Namun, menu yang dijual bermacam-macam. Selain empal gentong sebagai menu utama dijual pula selat solo, ayam katsu, tempe mendoan, pisang goreng aneka topping, dan beberapa macam minuman.

Warung yang kami sambangi sepertinya kelarisan. Saat kami tiba (kurang lebih pukul setengah dua kurang) sudah banyak menu yang habis. Untung saja rombongan kami telah melakukan pemesanan lewat WA. Jadinya untuk makanan aman. Yang kurang aman minumannya karena memang tidak kami pesan sekalian.

Mungkin Anda menyangka Mbak Hesti yang mentraktir sedang berulang tahun. Sesungguhnya tidak. Beliau memang hobi mentraktir. Bukan dalam rangka apa-apa. Kalau sedang punya duit berlebih dan ingin mentraktir, ya oke gas.

Alhamdulillah. Sungguh cocok dengan saya yang senantiasa ikhlas kalau diajak jajan ke mana-mana dan kapan pun. Kalau istilah bahasa Jawa, tumbu entuk tutup. Klop.

Baik. Mari kembali ke empal gentong. Empal gentong adalah makanan berkuah santan dan berbumbu rempah khas Cirebon. Makanan ini berbahan utama daging dan jerohan sapi. Biasa dimakan dengan nasi, lontong, atau ketupat. Adapun yang kami santap siang itu empal gentong dengan lontong.

Dalam suapan pertama saya sudah langsung menyukai empal gentong. Entahlah apa penyebab pastinya. Bisa jadi karena empal gentongnya super lezat. Mungkin sebab saya penyuka makanan berkuah. Atau, karena saya memang sedang lapar.

Begitulah pokoknya. Suatu siang yang mengenyangkan dan menyenangkan. Makanannya enak. Suasana makan bersamanya jauh lebih enak. Sembari makan kami mengobrolkan hal-hal random. Mulai dari kepusingan mengurus posyandu hingga kucing nakal yang pernah mencuri lauk salah seorang di antara kami.

Syukurlah. Rasa cinta dan persaudaraan kami kembali disegarkan melalui bermangkuk-mangkuk empal gentong yang kami nikmati. Makan bersama memang bermanfaat untuk memupuk cinta dan persaudaraan. Termasuk rasa cinta dan persaudaraan di antara tetangga.

Yang paling menarik bagi saya, empal gentong ternyata bukan makanan sembarangan. Setelah cari-cari informasi tentangnya, saya menjadi tahu bahwa empal gentong telah ditetapkan sebagai WBTbI pada tahun 2024.

Apa itu WBTbI? Tak lain dan tak bukan, itulah Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Keren 'kan?

Salam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun