Senin sampai Sabtu saya memang cenderung mengonsumsi real food. Nasi, sayur, dan lauk-pauk yang tidak diolah secara rumit dan lama. Barulah pada akhir pekan, biasanya saya full menikmati frozen food.
Terdengar keren, ya? Akan tetapi, itu sebetulnya tidak sengaja. Bukan murni rencana saya, melainkan sebab kondisi.
Begini ceritanya. Saya 'kan untuk sayur dan lauk-pauk sehari-hari mengandalkan warung tetangga. Kadangkala malah sekalian beli nasinya. Tergantung situasi dan kondisi di rumah. Yang hendak makan berapa orang.
Sungguh. Saya merasa dimanjakan oleh lingkungan dalam hal makan. Sejak jam sarapan hingga jam makan malam selalu ada yang jualan menu rumahan di kampung kami.
Penjualnya berbeda-beda di tiap sesi makan. Otomatis tipe dan citarasa makanannya berlainan. Itu berlangsung tiap hari. Sejak Senin hingga Sabtu. Namun, semua libur ketika Minggu.
Di situlah timbul masalah bagi saya. Mau tidak mau, kalau enggan pergi ke warung makan yang agak jauh di luar kampung, solusinya dua. Pertama, order daring via aplikasi. Kedua, masak sendiri.
Karena order daring jarang ada diskon besar, saya lebih sering masak sendiri. Tentu saya tidak memasak nasi beserta kawan-kawan sekompinya. Yang saya masak pada akhir pekan adalah bahan pangan yang praktis dan instan. Misalnya mie dan frozen food.
Ketimbang mie, saya lebih suka frozen food. Terutama yang jenis olahan seafood. Antara lain baso ikan, bola-bola udang, bola-bola kepiting, dan dumpling (terutama yang isi keju).