Mohon tunggu...
KOMENTAR
Parenting Pilihan

Ternyata WIB (Waktu Indonesia Bernadya) Bisa Memperkuat Bonding di Antara Kami

27 September 2024   19:19 Diperbarui: 27 September 2024   19:22 251 21

Tempo hari sewaktu hendak menyeberang di perempatan Titik Nol Yogyakarta, sudut mata ini sempat menangkap tulisan 'Harta, Tahta, Bernadya' di pojokan kantor pos besar. Sayang sekali saya tak sempat memotretnya sebab keburu lampu hijau menyala.

Sesampainya di seberang jalan saya masih terbayang-bayang tulisan tersebut. Gumam saya dalam hati, "Rupanya tren telah berganti. Tidak lagi harta, tahta, Raisa. Yang berlaku kini harta, tahta, Bernadya."

Entah sejak kapan perubahan mulai terjadi. Namun, saya memaklumi terjadinya perubahan tersebut. Raisa untuk milenial, Bernadya untuk gen Z. Sementara sekarang gen Z mulai menguasai dunia.

Fakta membuktikan bahwa gen Z yang rasanya baru lahir kemarin, sekarang sudah banyak yang telah bekerja/berkarya sebagai seorang profesional. Salah satunya, tentu saja Bernadya.  

Siapa dia? Bernadya adalah seorang penyanyi yang sedang naik daun. Lagu-lagunya sedang banyak disuka. Menjadi soundtrack di banyak unggahan warganet. Terutama di Tiktok. Mulai dari unggahan tentang curahan perasaan pribadi hingga unggahan yang sifatnya merespons sebuah peristiwa.

Salah satunya untuk merespons kasus KDRT yang menimpa seorang selebgram. Dari luar, rumah tangga si selebgram tampak harmonis. Namun, rupanya tidak begitu. Sang suami yang tampak kalem, ternyata error. Kerap melakukan KDRT secara fisik.

Alhasil, ada warganet yang mengunggah SS-an berita kasus tersebut dengan soundtrack lagu Bernadya yang berjudul "Kini Mereka Tahu". Yang sebagian liriknya begini.

...
Sifat baikmu yang orang tahu
Itu karanganku
Sifat aslimu yang hancurkanku
Mereka tak tahu

Dan bahkan setelah semua
Yang kau lakukan padaku
Ku tetap bela kamu
Di depan teman-temanku

Dan mungkin saja bisa jadi
Bila kamu datang lagi
Ku 'kan terimamu kembali

Kudengar kamu sibuk ke sana kemari
Bersihkan namamu di mata orang lain
Kau cerita dari sisimu
Kau bilang tak semua salahmu
Berharap ada yang memihakmu

Sifat baikmu yang orang tahu
Itu karanganku
Sifat aslimu yang hancurkanku
Kini mereka tahu
...

Unggahan yang berupa SS-an kasus KDRT tersebut memperoleh banyak komentar. Tak kalah banyak dari komentar yang bermunculan di unggahan Youtube Bernadya. Yang seperti biasa, komentar-komentar itu berupa curhatan. Contohnya berikut ini.

Jujur aku capeeeekkk banget, Nad.  Aku berusaha buat selalu nutupin semuanya. Tapi nyatanya aku gak akan pernah bisa hidup sendiri di dunia ini.  

Gak tau, ya. Pas denger lagu2 kamu itu rasanya nenangin banget @sunflow ....

Lihatlah! Betapa seberpengaruh itu lagu Bernadya. Banyak yang merasa relate dengan cerita cinta yang pahit dalam lagu-lagunya. Bahkan hebatnya, secara tak terduga lagu-lagu Bernadya bisa membantu saya dalam menjalankan parenting. Plus memperbaiki bonding antara saya dan anak.

Bila menyimak baik-baik lirik lagu "Kini Mereka Tahu", tentu Anda bisa merasakan betapa menyedihkan situasi hubungan percintaan yang toksik seperti itu. Alih-alih bikin hepi. Yang terjadi justru sebaliknya, bikin sengsara. Berpotensi merusak masa depan, jika "si korban" tidak punya kekuatan untuk menyudahi hubungan.

Isi lagu Bernadya dan komentar-komentar responsif terhadap lagu itu bagaikan menepuk pundak saya. Mengingatkan bahwa anak gadis saya sangat perlu diberi wawasan terkait hal ini. Saya ingin anak saya paham bahwa sebuah hubungan yang toksik tak perlu dipertahankan.

Tugas saya sebagai orang tua adalah menanamkan keberanian agar anak saya kelak bisa mengambil keputusan pergi, andai kata terjebak dalam situasi hubungan yang buruk seperti itu. Pun, dia bisa memotivasi temannya untuk pergi jikalau punya teman yang kondisi hubungannya begitu.

Saya senang sekali bisa mengetahui lagu Bernadya yang satu itu. Ibarat berhasil menemukan pintu masuk ke ruangan yang sedang saya cari-cari. Terusterang saja sesungguhnya sudah lama saya putar otak, cari cara asyik untuk membahas isu KDRT dengan anak, tapi tidak kunjung ketemu.

Alhasil melalui perantaraan lagu "Kini Mereka Tahu", tuntas sudah misi saya. Ke depannya tinggal cek ricek; memastikan bahwa anak saya masih mengingat "pelajaran" yang saya berikan itu.

Bernadya memang satu generasi dengan anak saya, yaitu generasi Z. Bahkan selisih usia mereka tak sampai setahun (Bernadya yang lebih tua). Akan tetapi, perbedaan usia yang jauh tak jadi penghalang bagi saya untuk bisa menikmati lagu-lagunya. Bahkan, ada satu yang selalu saya putar ulang sebab terlalu suka. Lagu itu berjudul "Untungnya, Hidup Harus Tetap Berjalan".

...
Persis setahun yang lalu ku dijauhkan
dari yang tak ditakdirkan untukku
Yang kuingat saat itu
yang kulakukan hanya menggerutu,
angkuh!

Lebih percaya cara-caraku
Pilih ragukan rencana
Sang Maha Penentu

Untungnya bumi masih berputar
Untungnya ku tak pilih menyerah
Untungnya ku bisa rasa hal-hal baik
yang datangnya belakangan

Ada waktu-waktu
hal buruk datang berturut-turut
Semua yang tinggal juga yang hilang,
seberapa pun absurdnya
Pasti ada makna

Untungnya bumi masih berputar
Untungnya ku tak pilih menyerah
Itu memang paling mudah
Untungnya ku pilih yang lebih susah

Untungnya kupakai akal sehat
Untungnya hidup terus berjalan
Untungnya ku bisa rasa hal-hal baik
yang datangnya belakangan

Untungnya, untungnya
Hidup harus tetap berjalan
...


Sepuluh tahun silam saya berada dalam situasi yang sama dengan isi lagu itu. Memang berat sekali. Terlebih saya melewatinya sendirian. Tak ada orang tua, saudara, dan teman yang bersiaga mendampingi. Untungnya, akal sehat masih tersisa. Mungkin karena saat itu usia saya sudah matang. Andai kata masih di usia 20-an, entahlah bagaimana alur ceritanya.

Saya pikir situasinya pasti terasa lebih berat kalau yang mengalami masih berusia 20 tahunan. Oleh karena itu, saya juga memanfaatkan lagu tersebut sebagai bahan "obrolan" dengan anak. Bagi saya, lagu itu cocok untuk mengantarkan ke pembahasan tentang isu kesehatan mental.

Tentu saja saya ingin anak saya sehat jiwa dan raganya. Sejak dahulu saya telah mengupayakan semaksimal mungkin agar dia bermental tangguh. Tidak sedikit-sedikit mengeluh. Namun, tidak pula selalu menyimpan tangis sendirian.

Melalui perantaraan lagu "Untungnya, Hidup Tetap Harus Berjalan", untungnya saya kemudian berani menyampaikan isu bunuh diri di kalangan gen Z secara lugas. Anda tentu tahu kasus-kasus bunuh diri yang dilakukan beberapa mahasiswa, yang beberapa waktu lalu ramai diberitakan.

Di situ saya katakan bahwa bunuh diri adalah jalan termudah. Tidak perlu memperjuangkan apa-apa. Cuma lari dari kenyataan. Sementara sama-sama lari dari kenyataan, bukankah lebih baik lari ke hal-hal lain selain bunuh diri?

Begitulah adanya. Karena Bernadya dan anak saya sama-sama gen Z, saya justru dimudahkan. Bagaimanapun dunia mereka sama. Kondisi kejiwaan mereka juga relatif sama sebab satu selera zaman. Jadi, saya tinggal mengikuti alur itu. Mau tidak mau untuk memulai diskusi dengan anak, saya mesti menyesuaikan diri dengan stereotipe gen Z.

Untungnya saya tahu mengenai WIB, Waktu Indonesia Bernadya. Bisa merasa klik dengan lagu-lagunya. Plus terinspirasi untuk  menjadikannya sarana memperkuat bonding dengan anak, yang tahu-tahu hendak berkepala 2. Untungnya, untungnya.

Terima kasih banyak, Bernadya.

Salam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun