Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Dilarang Menyentuh, Padahal Kami Butuh Memegang dan Merasakan Sensasinya

3 Agustus 2024   23:55 Diperbarui: 4 Agustus 2024   00:23 142 16


"Dalam seminggu ini, siapa yang pernah berkunjung ke museum?" Tanya Mas Erwin, sang pendiri Komunitas Malamuseum. Ternyata tak ada satu pun yang tunjuk jari.

"Oke. Kalau dalam sebulan ini, siapa yang pernah ke museum?" Mas Erwin kembali bertanya. Ternyata cuma saya dan satu orang lainnya yang tunjuk jari.

"Bagaimana kalau setahun? Ada? Yang dalam setahun tidak pernah ke museum sama sekali?" Tanya Mas Erwin lagi sambil tertawa kecil.

Ckckck. Ternyata sami mawon alias sama saja. Dalam kurun satu tahun pun, tidak serta-merta semua tunjuk jari.

Terusterang saya agak kaget dengan fakta tersebut. Saya kira di antara kami, para peserta acara Jumpa Sahabat Museum "Reimajinasi Museum", cuma saya yang paling jarang ke museum. Ternyata, oh, rupanya ...

"Bagaimana dengan mal? Bioskop? Kapan terakhir ke bioskop?"

"Kemarin," jawab seseorang dengan cepat.

Mas Erwin bertanya lagi, "Mengapa orang lebih suka ke mal? Ke bioskop? Atau ke tempat-tempat lain, daripada ke bioskop? Ada yang tahu?"

Kami terdiam sembari senyum-senyum. Kiranya dalam benak kami berloncatan aneka alasan. Mungkin antara lain karena museum enggak asyik, karena museum banyak aturan, karena museum kurang seru, atau karena museum berhawa singup.

"Karena pengelola museum itu single minded dan terobsesi pada bola mata!" Kata Mas Erwin tegas dan lugas.

Heh? Saya terkejut mendengarnya. Makin terkejut manakala beliau melanjutkan, "Dari awal masuk kita dipaksa melihat, melihat lagi, dan melihat saja sampai capek. Hanya melihat."

Saya tersadarkan dengan  penjelasan tersebut. Weih! Benar juga.

"Dan orang museum punya semboyan yang khas, yaitu Jangan Sentuh. Sementara museum mestinya bisa mengaktifkan semua indra, " kata Mas Erwin.

Yeah! Apa boleh buat? Semua yang disampaikan Mas Erwin itu memang valid. Sejauh pengalaman saya keluar masuk museum, entah  sudah berapa kali tanda "Jangan Sentuh" yang INGIN saya langgar. Terlebih bila larangan tersebut melekat pada koleksi yang menggemaskan dan bikin penasaran. Haha!

Untung saja saya termasuk ke dalam golongan orang-orang patuh. Kalau sudah dilarang ya sudah. Tidak akan coba-coba melanggarnya. Cuma membayangkan, andai kata koleksi yang itu bisa dipegang dan diraba, tentu seru sekali.

O, ya. Pemikiran Mas Erwin tersebut disampaikan di acara Jumpa Sahabat Museum tanggal 3 Agustus 2024. Bertempat di Gedung Heritage BI Yogyakarta. Tentu Mas Erwin tidak sendiri. Ada 3 narasumber lainnya. Yang mungkin akan saya ceritakan esok hari.  

Salam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun