Punya kondisi finansial yang sehat wal afiat adalah idaman semua orang. Termasuk saya tentunya. Akan tetapi, kenyataannya 'kan tidak begitu. Tidak semua orang beruntung memiliki kondisi finansial yang sehat, terlebih sehatnya di segala situasi.
Adakalanya kondisi finansial seseorang sudah tergolong sehat dalam kesehariannya. Namun begitu ada momentum tertentu, misalnya saat Ramadan, ternyata rentan menjadi sakit. Tak lain dan tak bukan, penyebabnya adalah pengeluaran yang membengkak tanpa perencanaan.
Sementara sesungguhnya, pengeluaran membengkak itu dapat diantisipasi sebelumnya. Bukankah Ramadan selalu ada tiap tahun? Bukankah pos-pos pengeluarannya juga relatif sama dari tahun ke tahun? Mungkin antara lain untuk beli baju dan peralatan salat baru, beli kue Lebaran, beli takjil tiap sore, dana angpau untuk para keponakan, serta biaya mudik. Pokoknya seputar itu-itu saja.
Jadi kalau finansial kita selama Ramadan menjadi terasa awut-awutan, sebenarnya salah kita sendiri. Sudah jelas hal itu menjadi problema tahunan, mengapa tak juga cari solusi untuk mengatasi? Apa enggak lelah "menikmati" finansial awut-awutan melulu di tiap Ramadan? Hehe ...
Mohon maaf, izinkan saya tertawa. Bukan menertawakan Anda, melainkan menertawakan diri sendiri. Bukan pula sebab saya telah berkelimpahan harta benda sehingga finansial selama Ramadan senantiasa sehat.
Sama sekali tidak begitu. Saya tertawa justru karena ingat masa lalu. Dahulu pengaturan finansial Ramadan saya pun awut-awutan. Hingga akhirnya saya sadari bahwa penyebab utama finansial saya awut-awutan adalah boros jajan takjil.
Alhasil, sejak saat itu saya tidak belanja ke pasar sore Ramadan tiap hari. Walaupun terkadang ingin sekali beli jajanan tertentu, jika stok jajanan di rumah masih ada, saya berusaha meredam keinginan buat jajan.
Lalu, dari manakah asal-muasal stok jajanan di rumah saya? Tentu saja dari bukber di musala dan dari tadarusan di rumah Pak RT. Haha!
Jika taat kepada-Nya SWT, kita memang bakalan dikarunia ganjaran. Ada yang ganjarannya diterima kelak di akhirat, ada yang bisa langsung diterima di dunia.
Salah satu buktinya, saya yang rajin ikut pengajian jelang buka puasa di musala dan rajin tadarusan, selalu mendapatkan sekotak nasi dan sekotak kue sebagai ganjaran di dunia. Yang bagi saya, jumlahnya lebih dari cukup sehingga tak perlu lagi jajan ke Pasar Ramadan. Oleh karena itu, pos untuk jajan takjil saya geser menjadi tambahan biaya mudik.
Tidak disangka-sangka, jumlahnya signifikan juga. Dengan demikian, saya berani bilang bahwa Ramadan selalu bikin kondisi finansial saya lebih sehat.
Nah. Apakah Anda punya pengalaman yang serupa dengan saya, terkait finansial sehat selama Ramadan? Bagi ceritanya di kolom komentar, dong.
Salam.