Namun, jangan salah. Walaupun berstatus hari libur, banyak instansi dan sekolahan yang tetap menyelenggarakan upacara dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila itu.
Buktinya, sesiangan tadi saya melihat para siswa berseliweran dengan seragam sekolah masing-masing. Saya yakin kalau mereka pulang dari mengikuti upacara Harlah Pancasila. Tak mungkin banget kalau pulang dari joging ataupun pura-pura joging.
Bagaimana halnya dengan saya? Tentu sebagai orang yang ber-KTP dengan status pekerjaan tertulis "pekerjaan lain-lain", saya tidak mengikuti upacara di mana pun. Biasalah. Partikelir sejati.
Akan tetapi, saya dan anggota tim #purapurajogging menunggu selesainya upacara Hari Lahir Pancasila 2023, yang digelar di Museum Benteng Vredeburg (MBV).
Iya. Hanya menunggu. Tidak ikut menjadi peserta.
Sesungguhnya pagi tadi kami berencana #purapurajoging dengan rute Titik Nol Yogyakarta-Teras Malioboro 2. Adapun titik kumpulnya di depan MBV. Jadi, kegiatan menunggu upacara bubaran itu adalah sesuatu yang insidental.
Berhubung salah satu dari kami mencuri dengar informasi dari sekuriti MBV, yakni informasi bahwa ada Pak Jokowi, rencana #purapurajoging pun berubah menjadi nongkrong di depan Gedung Agung.
Kami bergabung dengan polisi, tentara, fotografer, reporter, dan khalayak yang sama-sama nongkrong di situ. Tentu nongkrong yang bertujuan, yaitu menunggu Pak Jokowi lewat.
Teman yang mencuri dengar informasi tadi, memang belum pernah melihat beliau secara langsung. Itulah sebabnya dia antusias untuk menunggu. Mumpung sedang terbuka kesempatan.
Saya dan teman yang lain pun senang-senang saja ikutan menunggu. Toh sembari menunggu kami bisa berdiskusi, bertransaksi, dan mengamati.
Diskusi berarti mengobrol random. Bertransaksi sebab saya dengan teman yang satunya COD-an buku. Yang order buku sih, anak saya. Saya cuma melunasi tagihan sekaligus mengambilkannya.
Lalu, apa yang kami amati? Apa saja, dong. Orang-orang biasa, paspampres dan aparat lainnya (ini orang-orang tidak biasa), kendaraan yang berlalu-lalang, dan alam sekitar.
Optimisme saya akan masa depan negeri kita pun menguat karena ada hal keren yang kami temukan. Hal keren apa? Silakan cermati foto berikut dengan fokus utama pada sosok yang membaca itu.
Luar biasa 'kan? Langka sekali pemandangan seperti itu di negeri kita. Bahkan di Yogyakarta yang dijuluki sebagai kota pelajar, tak kalah langka.
Entahlah siapa dia dan dari arah mana datangnya. Tahu-tahu sudah ada di situ. Kiranya dia merupakan genzy yang memenuhi kriteria profil pelajar Pancasila.
Lalu, bagaimana dengan Pak Jokowi? Alhamdulillah beliau baik-baik saja. Hanya saja, sampai upacara Hari Lahir Pancasila di MBV usai, beliau tak kunjung muncul.
Usut punya usut, berjam-jam kemudian setelah kami akhirnya memutuskan pulang, saya mendengar percakapan seorang penarik becak dengan seorang komandan polisi.
"Bapak sudah rawuh (datang)?"
Sambil menopangkan tangan di sisi becak, Pak Polisi yang ditanya menjawab santai, "Dereng (belum)."
"Ooo. Ini persiapan?"
"Injih (iya). Begitu tadi mendapat telepon kalau Bapak hendak ke Jogja, semua segera bersiap-siap."
Oalaaah. Seketika saya menyesal karena mendengar percakapan tersebut.
Perlu diketahui bahwa lokasi MBV tepat berhadapan dengan Gedung Agung, yaitu istana kepresidenan di Yogyakarta. Jadi masih masuk akal bila kami meyakini Presiden Jokowi memimpin upacara di MBV. Walaupun kenyataannya, beliau memimpin upacara di kota lain.
Kesimpulannya, mencuri itu tak baik sekalipun cuma mencuri dengar. Bisa dikatakan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Serius lho, ini.
Sebab kalau jadi kebiasaan dan tak disambung dengan cek ricek kebenaran informasi yang dicuri dengar, jatuhnya termakan hoaks. Kalau sudah begini, ujung-ujungnya ya tidak berdimensi Pancasila.
Demikian kisah ringan yang sedikit konyol di Harlah Pancasila. Semoga tetap berfaedah.
Selamat Hari Lahir Pancasila!
Salam.