Takdir Allah SWT atas hamba-Nya selalu pas. Skenario-Nya tidak pernah tak sesuai dengan kebutuhan sang hamba.
Selepas Subuh, begitu saja sebuah ide mampir di benak. Ide yang didasarkan pada kebutuhan mendesak akan kontainer penyimpan barang.
Semula saya ragu dan malu untuk mengeksekusi ide itu. Akan tetapi, kondisi mendorong saya untuk realistis. Saya butuh minimal dua kontainer besar dalam waktu cepat. Sementara dana untuk membelinya belum ada. Tak ada cara lain kecuali meminta bantuan.
Iya. Setelah sekian lama menghitung-hitung dan merencanakan berbagai solusi, ide yang mampir di benak adalah cari bantuan di grup WA sebuah komunitas.
Alhasil, saya mengirimkan pesan SOS begini.
Selamat pagi, teman-teman.
Apakah ada di antara teman-teman yang punya kontainer besar dan tidak terpakai? Usang gapapa asalkan masih bisa ditutup dengan aman. Jika ada dan posisi di Jogja, bolehkah saya memintanya?
Terima kasih.
Entah mengapa saya seperti punya dorongan kuat untuk meminta bantuan di grup WA tersebut. Bukan di grup WA yang lain.
Mungkin karena beberapa anggotanya pernah berbagi informasi tentang barang layak pakai yang dimiliki, yang hendak dihibahkan. Barangsiapa butuh barang yang diinformasikan itu, boleh mengambilnya secara cuma-cuma.
Para anggota grup WA tersebut memang berhati malaikat. Pesan SOS saya segera direspons beberapa orang. Karena cuma butuh dua kontainer, hanya dua orang pertama yang saya terima.
Namun, cerita ternyata belum usai. Kisah utamanya justru dimulai ketika saya dan salah satu pemberi bantuan bersepakat mengenai cara kirim kontainer.
Kontainer itu kami sepakati untuk dikirim melalui jasa kurir. Teman yang mengirim kontainer rupanya punya kurir langganan, yang juga bekerja sebagai driver ojek daring. Yang kebetulan seorang perempuan single parent.
Tatkala kurir sudah mulai jalan untuk mengantarkan kontainer, saya dikabari.
Sudah OTW, ya. Palingan nyampai 40 menitan klo macet. Ini nomor kontaknya.
Segera saya ketik balasan singkat.
Siap.
Ternyata teman saya membalas lagi. Kali ini malah panjang lebar.
Tau gak mba.
Aku dari kemaren maju mundur mau sortir sepatu. 2 pasang. 1 sepatu kets, 1 sepatu boots kulit. Aku pengin yg dapat ini beneran manfaat.
Eh, terus terpikir kasih ke mbak kurir. Gara-gara kulihat sepatunya sudah aus solnya. Tadi kutanya, nomornya berapa, katanya 39. Pas nih.
Saya tertegun sejenak membaca pesan panjang itu. Kemudian segera membalasnya.
Ya Allaaah. Alhamdulillah. Dipertemukan dengan orang yang tepat.
Pesan WA dari teman tersebut masih berlanjut. Dia mengucapkan terima kasih. Katanya, "Gara-gara hendak antar kontainer buatmu, malah jadi jalanku ngasih ke dia. Dianya juga pas butuh. Matur nuwun, ya."
Skenario Allah SWT memang luar biasa. Siapa yang menyangka, saya yang semula berterima kasih kepadanya, lalu ganti diterimakasihi. Saya yang meminta bantuan, justru menjadi pembuka solusi baginya.
Usut punya usut, dia sudah berbulan-bulan berniat melepaskan kedua pasang sepatunya. Namun, niat tersebut timbul tenggelam. Maklumlah sepatu-sepatu kesayangan. Replika dari yang dibelinya di Jepang.
Lebih dari itu, yang paling bikin berat adalah mencari penerima yang tepat. Pasti banyak yang mau kalau diberi sepatu preloved cantik berkualitas. Tak sulit.
Akan tetapi, khusus untuk sepatu-sepatu kesayangan tersebut, dia bertekad memberikannya hanya kepada orang yang betul-betul membutuhkannya. Ternyata hari itu tekadnya berjodoh dengan Mbak Kurir yang memang sedang amat butuh sepatu.
Kiranya pesan SOS saya telah menjadi perantara. Perantara yang mempertemukan teman saya dengan jodoh terbaik dari sepatu-sepatunya.
Sorenya teman saya berkirim pesan WA. Tepatnya meneruskan pesan WA dari Mbak Kurir yang diberinya sepatu. Berikut ini isinya.
Makasih sepatunya ya mba, jd punya ganti pas basah, yg biasa dipake klo malam, sdh tak buang, lha tapaknya sdh bolong, nginjak pasir masuk......eman klo beli sepatu, mending beli beras...
Saya terpana membaca pesan terusan itu. Sungguh, saya ikut bersyukur dan berbahagia untuk keduanya. Untuk teman saya yang telah menemukan jodoh terbaik bagi sepatu-sepatu kesayangannya.
Pun, untuk Mbak Kurir yang sukacita menerima sepatu-sepatu tersebut. Saya yakin bahwa siang itu dia datang ke rumah teman saya dengan satu tujuan, yaitu mengambil kontainer untuk dikirimkan ke alamat saya. Jadi, bonus dua pasang sepatu keren adalah rezeki yang tak disangka-sangkanya.