Mohon tunggu...
KOMENTAR
Seni Pilihan

Kompasianer Jogja Olahraga dan Olah Rasa bersama Paseduluran Jemparingan Langenastro

16 Maret 2023   22:30 Diperbarui: 16 Maret 2023   22:34 482 21
Siaga ...  
(teriak pelatih dari Paseduluran Jemparingan Langenastro)

Yo, bloger Kompasiana!
(serempak anggota KJog yang bersiap ikut latihan jemparingan menyahut)

Siji ...
Loro ...
Telu ...

Cul!

Begitu pelatih berteriak "Cul!", tiap peserta jemparingan pun melepaskan jemparing (anak panah) masing-masing.

Tujuannya tentu ke titik sasaran yang telah ditentukan. Hanya saja, saya lihat-lihat yang on target dengan mantap kok tidak ada.

Maklumlah, ya. Para anggota KJog (Kompasianer Jogja) notabene baru sore itu berkenalan dengan seni jemparingan. Bila sudah latihan rutin pasti kemampuan memanah mereka bakalan nggegirisi. Menakutkan lawan (baca: target bidikan).

Tentang Paseduluran Jemparingan Langenastro Yogyakarta

Beberapa waktu lalu saya ikut menghadiri sebuah kegiatan spesial yang diselenggarakan oleh Kompasianer Jogja. Mengapa saya sebut spesial? Sebab kegiatannya butuh konsentrasi tinggi dan kesabaran yang memadai. Tidak bisa dilakukan sembari melamun tipis-tipis.

Yup! Event KJog kali itu berupa kegiatan belajar olah raga dan olah rasa yang terangkum dalam Seni Jemparingan. Belajarnya bersama Paseduluran Jemparingan Langenastro Yogyakarta.

Bagi Anda yang tinggal di Jogja, nama paseduluran jemparingan tersebut tentu mengingatkan pada sebuah kampung njero beteng (kampung yang berada di dalam benteng kraton), yaitu Kampung Langenastran. Mengingatkan pula pada prajurit Langenastro.

Faktanya memang begitu. Nama Langenastro diambil dari nama Kampung Langenastran. Adapun Kampung Langenastran merupakan tempat tinggal prajurit khusus pengawal Raja Yogyakarta. Yang sebutannya Prajurit Langenastro.

Prajurit Langenastro adalah satu-satunya jenis prajurit yang berdomisili di dalam benteng kraton. Itulah keistimewaannya. Sesuai dengan tugas utamanya, yaitu mengawal raja. Pengawal harus selalu ada di dekat yang dikawal 'kan?

Adakah hubungan antara Kampung Langenastran dan Paseduluran Jemparingan Langenastro? Tentu saja ada.

Paseduluran Jemparingan Langenastro adalah komunitas jemparingan yang berdirinya diprakarsai oleh masyarakat Kampung Langenastran. Tujuannya menghidupkan kembali tradisi panahan tradisional sembari berolah raga dan berolah rasa. Terkhusus yang berpijak pada gaya Mataraman (Yogyakarta).

Perlu diketahui bahwa Paseduluran Jemparingan Langenastro merupakan komunitas jemparingan tertua di Yogyakarta. Secara resmi lahir pada tanggal 18 Maret 2012. Yang berarti sebentar lagi berulang tahun.

Anggota Paseduluran Jemparingan Langenastro berasal dari aneka ragam kalangan dan tingkatan usia. Dari usia anak-anak sampai manula.

Oleh karena itu, ada semacam spesifikasi tujuan bagi para anggota. Yang masih anak-anak dan remaja diarahkan untuk meniti karier dan prestasi. Sementara yang dewasa hingga manula dititikberatkan sebagai sarana berolah raga rekreatif dan penyaluran hobi.

Mungkin Anda bertanya-tanya, "Jemparingan termasuk olah raga? Kok bisa? Memanahnya saja sambil duduk? Mengambil jemparing yang habis dilesatkan saja boleh berjalan santai. Tidak wajib berlari. Mana bisa berkeringat?"

Tunggu, tunggu. Jangan underestimate begitu. De facto memang cuma duduk. Akan tetapi, untuk berkonsentrasi dan menata hati sekaligus mengoperasikan ubarampe alat jemparingan itu butuh energi yang tak sedikit.

Buktinya para anggota KJog yang berpraktik jemparingan tampak kelelahan, berkeringat, dan kelaparan. Sewaktu bubaran latihan mereka langsung menyerbu warung mi ayam yang berada di tepi sasana jemparingan.

Perlu diketahui pula bahwa Paseduluran Jemparingan Langenastro menginisiasi lahirnya sasana-sasana jemparingan di seantero Yogyakarta. Alhasil, anggotanya bisa ikut berlatih jemparingan di sasana-sasana yang berlokasi di luar Kampung Langenastran.

Iya. Konsep paseduluran (persaudaraan) itu memang nyata adanya. Selamanya akan bersaudara walaupun tak selalu berada dalam satu ruang dan waktu. Hendak jemparingan di mana pun akan diterima sebab semua terikat dalam satu paseduluran, yaitu Paseduluran Jemparingan Langenastro.

Kiranya itulah jawaban atas pertanyaan, "Katanya event KJog latihan jemparingan bersama Langenastro? Kok pelaksanaannya di Sasana Jemparingan Wisanggeni yang berlokasi di Bantul?"

Watak-watak Ksatria yang Menjadi Dasar Jemparingan

Terusterang saja, dalam event KJog tempo hari saya cuma hadir. Tidak ikut latihan panahan (jemparingan). Mengapa? Karena pikiran saya sedang agak ambyar sehingga susah berkonsentrasi.

Sementara salah satu watak ksatria yang menjadi dasar jemparingan adalah NYAWIJI. Berkonsentrasi!

Saya tahu dirilah. Ketimbang memaksakan diri ikut praktik menjemparing dalam kondisi kemrungsung, kurang fokus, malah berpotensi merepotkan saudara-saudara saya dari Paseduluran Jemparingan Langenastro.

Saya yakin mereka pasti sudah terbiasa bersabar. Bukankah pada dasarnya seni jemparingan merupakan seni olah raga dan olah rasa? Termasuk rasa untuk bersabar tentunya. Hanya saja, saya sungkan kalau bikin kesal orang.

Lagi pula, tatkala itu semangat dan rasa percaya diri saya pun sedang agak goyah. Entah apa penyebabnya. Jadi, memang lebih baik menjadi pengamat dulu sajalah.

Baik. Sekarang mari membahas 4 watak ksatria yang menjadi dasar jemparingan. Sebagaimana saya sebutkan di atas, yang pertama adalah NYAWIJI

Nyawiji berarti memusatkan pikiran pada satu (wiji). Dengan kata lain, berkonsentrasi. Jika sedang jemparingan, wajib hukumnya untuk berkonsentrasi penuh. Bukan setengah-setengah.

Selanjutnya, watak SENGGUH dan GREGET. Sengguh berarti rasa percaya diri. Memanah itu mesti dilandasi rasa percaya diri. Adapun greget berarti semangat. Memanah juga mesti dilakukan dengan bersemangat. Penuh motivasi.

Nah, lho! Berarti keputusan saya untuk tidak praktik jemparingan sangat tepat. Sengguh dan greget sedang tidak saya genggam.

Watak terakhir adalah ORA MINGKUH. Apa artinya? Ora mingkuh berarti bertanggung jawab.

Itulah 4 watak ksatria yang menjadi dasar jemparingan. Nilai adiluhung dalam jemparingan gaya Mataraman adalah pamenthanging  gandewa pamanthenging cipta. Artinya, membentangnya busur panah haruslah diiringi dengan konsentrasi pada sasaran yang akan dibidik.

Nilai adiluhung itulah yang akan melahirkan watak ksatria.

Luar biasa, ya? Ternyata panahan tradisional a.k.a. jemparingan sungguh filosofis. Mengandung banyak tradisi dan budaya.

Sungguh tak berlebihan kalau dikatakan bahwa latihan panahan tradisional bersama Paseduluran Jemparingan Langenastro tidak sekadar berfaedah untuk olah raga dan olah rasa. Ternyata lebih dari itu, sekaligus bisa sebagai sarana untuk melestarikan budaya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun