Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary Pilihan

3 Kisah Manis yang Saya Rasakan dari Kompasiana

2 November 2022   22:54 Diperbarui: 2 November 2022   23:13 351 32
Kamu punya pengalaman menarik selama menjadi kompasianer? Yuk, ceritakan dalam bentuk tulisan dalam rangka memeriahkan HUT Kompasiana di tahun ini.

Saat membaca pertanyaan sekaligus ajakan dari KJOG - Kompasianer Jogja itu, ingatan-ingatan saya tentang masa lalu seketika berkelebat-kelebat. Tentu masa lalu yang saya maksudkan adalah sederet pengalaman dari tahun ke tahun, baik manis maupun pahit, sebagai kompasianer.

Eh?! Ralat, deh. Rasanya kurang tepat kalau disebut pahit. Pengalaman menjadi kompasianer memang tak selamanya manis. Namun, yang tidak manis itu pun tidak bisa serta-merta disebut pahit. Karena faktanya, ya memang tak pahit-pahit amat.

Ah, sudahlah. Mari lupakan yang pahit-pahit. Kita kenang saja yang manis-manis. Lagi pula, sesuai dengan tema yang ditentukan Event KJog 'kan? Hehehe ....

Sejak Kapan Menjadi Kompasianer?

Jika ditanya sejak kapan menjadi kompasianer, saya cenderung tidak bisa menjawab secara tepat. Yang jelas sudah lama sekali. Mungkin sejak 2017 atau malah sebelumnya.

Adapun 2017 muncul di ingatan karena pada tahun itu, saya ikut mendapat giliran menjaga stan KJOG -Kompasianer Jogja dalam acara ICD (Indonesia Community Day) 2017.

Acara yang berlangsung di Plaza Ngasem Yogyakarta itu dihadiri oleh para kompasianer dari berbagai kota. Yang saya ingat, mereka sangat antusias saling bertegur sapa. Ada pula yang cipika-cipiki. Maklumlah, ya. Biasanya 'kan cuma bertegur sapa melalui tulisan.

Apakah saya ikut antusias? Nah. Di sinilah menariknya. Sebagai pendatang baru yang sesungguhnya tidak baru-baru amat (tetapi kuper), saya hanya menjadi pengamat.

Iya. Saya mengamati saja sambil senyum-senyum sendiri. Mana bisa senyum diwakilkan toh?

O, ya. Terkait kekuperan, itu terjadi karena saya pendatang baru sekaligus nyaris tak pernah menulis di Kompasiana. Yang berarti kuper alias kurang bergaul dengan sesama kompasianer.

Jadi, pada saat pelaksanaan ICD 2017 saya bagaikan rusa masuk kampung. Sedikit celingak-celinguk meskipun tetap berusaha menegakkan wibawa sebagai penjaga stan. Hahaha!

Tahu Kompasiana dari Siapa?

Kalau ditanya, "Tahu Kompasiana dari mana? Dari siapa?" Saya akan menjawab dengan mantap, "Dari Mbak Vika."

Mbak Vika, salah satu pengurus KJog itu, entah menyadari atau tidak kalau dirinyalah yang membuat saya menjadi kompasianer.

Andai kata dahulu ia tak mengajak saya untuk gabung di KJog, bisa jadi sekarang saya bukanlah seorang kompasianer. Saya ingat betul. Saat diajak itu, saya belum tahu tentang Kompasiana. Otomatis belum punya akun, bahkan belum pernah baca-baca artikel yang ada di situ.

Itu sungguh ajakan yang berfaedah. Bermula dari sapaan basa-basi, tetapi ujungnya eksistensi saya sebagai kompasianer.

Iya, lho. Betulan basa-basi. 'Kan saat itu baru kenalan juga dengan Mbak Vika. Kenalannya pun karena sama-sama sebagai narablog yang menghadiri undangan sebuah acara.

Sungguh. Hidup memang serba tak terduga.

3 Kisah Manis sebagai Kompasianer


MENANG BLOG CHALLENGE

Bermula dari ajakan Mbak Vika, akhirnya saya bikin akun di Kompasiana dan mulai menulis. Walaupun sebelumnya saya sudah sering menulis, baik di blog pribadi maupun untuk keperluan dikirim ke media massa cetak dan penerbitan, tetap saja ada rasa minder di hati.

Entah mengapa tatkala itu saya merasa tulisan para kompasianer "seram-seram" sekali. Bikin grogi pokoknya. Sementara tipe tulisan saya cenderung remeh-temeh.

Akan tetapi, ketika ICD 2017 diselenggarakan di Yogyakarta dan KJog mengadakan Blog Challenge "Jogja Istimewa", saya bersemangat sekali untuk mengikutinya.

Yeah! Walaupun beberapa kali mematahkan hati dan asa saya, Yogyakarta tetaplah Yogyakarta yang senantiasa istimewa bagi saya. Jadi, mana mungkin saya melewatkan Blog Challenge tersebut?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun