Saya sungguh tak menyangka kalau hari ini bakalan menjadi hari yang istimewa dan "istimewa".
Sama sekali tak terpikirkan kalau dalam hitungan jam, rasa senang saya sebab sebuah pertemuan bakalan berubah drastis menjadi kesedihan karena sebuah kematian.
Siang tadi saya gembira sebab pada akhirnya dapat bertatap muka langsung dengan Pak Tjip dan Bu Lina. Bisa bersalaman dan berfoto bersama.
Tentu itu merupakan sebuah rezeki yang luar biasa. Mengingat Pak Tjip dan Bu Lina tidak berdomisili di Jogja. Sementara saya kok kebetulan pas punya waktu untuk menjumpai beliau berdua.
Terlebih di lokasi pertemuan, yaitu R.M. Padang Sederhana Jalan Kaliurang, saya juga berjumpa dengan beberapa kompasianer lain. Yang selama ini hanya saya kenali dari nama dan foto di Kompasiana. Di antaranya Pak Ludiro Madu, Pak Cipto Lelono, serta Pak Bobby (Ruang Berbagi) dan adik (duh, maaf, saya lupa mbak siapa tadi ...).
Sungguh. Pertemuan dengan orang-orang keren itu adalah rezeki besar bagi saya. Meskipun mungkin bagi mereka, pertemuan dengan saya tidaklah bermakna apa-apa.
Qadarullah, malamnya (malam ini) saya menerima kabar duka .
Innalillahi wainna ilaihi rojiuun ...
Bu Enggar (saya biasa memanggilnya Mak Eng), salah satu kompasianer yang tinggal di Jogja, telah dipanggil-Nya pulang ke kampung akhirat.
Walaupun saya tahu bahwa belakangan Mak Eng sedang opname dan dioperasi, kabar duka ini tetap saja mengagetkan. Terlebih siang tadi, di sela-sela acara makan siang bersama Pak Tjip dan Bu Lina, saya dan Mbak Tami sempat rasan-rasan perihal sakit almarhumah.
Iya. Sesungguhnya semua dari kita akan kembali dipanggil-Nya pulang. Entah dalam kondisi yang bagaimana, entah dalam usia berapa. Entah di mana, entah melalui cara apa.
Sebagai makhluk-Nya, kita hanya bisa menjalankan segala skenario-Nya.
Sungguh tak dapat dibantah. Jodoh, rezeki, dan usia adalah rahasia bagi manusia. Ketiganya bisa datang sewaktu-waktu dan sebaliknya, bisa pula diambil kembali oleh-Nya kapan saja.
Oleh karena itu, proses kita menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari tak boleh dihentikan. Sekalipun mungkin banyak kendalanya.
Hari ini melalui rezeki perjumpaan dan kabar kematian yang datang bersamaan, bahu saya serasa ditepuk-tepuk. Kembali diingatkan bahwa batas antara hidup dan mati demikian tipis.
Salam.
***
Mohon doa terbaik untuk Bu Enggar.