Kami, 17 teman kecil, membentuk persahabatan yang tidak hanya tentang bermain bersama atau berbagi buku pelajaran. Itu lebih dari itu. Kami berbagi mimpi, tawa, bahkan cemas ketika ujian tiba atau ketika mendapati tugas yang belum selesai. Guru kami, yang kami anggap galak. Selalu membuat kami deg-degan. Ada rasa takut yang menggelayuti setiap kali tugas menumpuk atau ketika kami merasa belum cukup siap. Tapi justru di situlah kami belajar untuk saling mengingatkan, memberi semangat, dan menguatkan satu sama lain. Dalam kebersamaan itulah kami tumbuh, menyadari bahwa hidup tak selalu mudah, tetapi persahabatan akan selalu ada untuk saling mendukung.
Dulu, kami tidak pernah menyadari betapa banyak pelajaran hidup yang kami dapatkan di masa itu. Kami terlalu sibuk menikmati masa kecil, bermain, dan menghabiskan waktu tanpa beban. Namun kini, setelah bertahun-tahun berlalu, kami baru sadar betapa berharganya setiap momen yang telah kami lewati. Hari ini, kami merindukan masa itu, masa di mana segala sesuatunya terasa sederhana, namun penuh dengan makna yang dalam. Kami belajar banyak hal tanpa harus memikirkan akibatnya, dan tanpa tahu bahwa setiap kenangan itu akan menjadi bagian penting dari hidup kami.
Kini, meski kami sudah beranjak dewasa dan jarak memisahkan kami, kenangan itu tetap hidup. Kami mungkin tidak lagi duduk di bangku yang sama, tetapi kenangan tentang 17 teman yang selalu ada untuk berbagi tawa, rasa cemas, dan harapan, akan selalu ada.
Namun, di antara kami, dua sahabat sudah lebih dulu pergi. Udin Tasyudin, yang selalu penuh semangat, dan Cahya, yang selalu membawa keceriaan, telah meninggalkan kami. Kepergian mereka adalah luka yang mendalam, namun kami tahu, kenangan tentang mereka akan selalu hidup dalam setiap langkah kami. Meskipun mereka tidak lagi bersama kami di dunia ini, dalam setiap kenangan, mereka selalu ada, selalu mengingatkan kami tentang arti sejati dari persahabatan, tentang betapa berharganya waktu yang telah kami lewati bersama.