Suatu ketika saya berboncengan sepeda motor dengan seorang teman guru, dan terhenti karena lampu merah traffic light menyala. Persis di depan kami berhenti ada seorang bapak tengah baya mengendarai sepeda motor juga tengah berhenti.
Ketika traffic light menyala hijau, kamipun melaju kembali. Dan kami menyalip bapak paruh baya tadi, karena beliau melaju agak lambat. Saat menyalip saya menegurnya : "Sugeng siang Pak Guru, mangga ....!" (Selamat siang Pak Guru). Dan Bapak tengah baya itupun membalas dengan hangat "Mangga ....mangga Mas!"
Saat sampai tujuan, dan berhenti, teman saya bertanya : "Tadi bapak yang kita salip siapa? Teman ya?". "Gak tahu" jawab saya.
"Kok tahu kalau dia guru?" tanya teman saya lagi. "Ya ...kira-kira saja, saya perhatikan kaus kakinya saat dia berhenti di lampu merah tadi" jawab saya enteng.
"Emangnya ...kenapa dengan kaus kakinya?" tanya teman saya penasaran. "Kaus kakinya bolong!" jawab saya.
Itu sepuluh tahun lalu. Kini hal seperti itu nyaris tidak pernah saya lihat lagi - Mereka, Kaum Oemar Bakrie - telah beroleh 'tunjangan sertifikasi' - yang besarnya satu kali pokok gaji - dan guru-guru tidak tetap (GTT) kini telah diangkat jadi pegawai negeri - sehingga tak ada kaos kaki bolong lagi ....