Kembali, ada 2 channel yang saya soroti. Metro Tv dan Tv One, karena 2 channel ini yang mengklaim terdepan dalam news. Informasi yang disajikan tentu tidak terlepas dari perkembangan situasi. Tapi cara menyajikan berita sangat terlihat ke arah mana kualitas pemberitaannya serta maksud pesan yang ingin disampaikan. Terkadang normal2 saja, menyajikan apa adanya, tapi terkadang kurang tepat dan kurang cermat dalam pemilihan tema. Masalah musibah dan duka akibat bencana longsor di Banjarnegara disajikan dalam tema ulasan berbeda. Tv One mengatakan "Petaka Karangkobar", Metro Tv mengatakan "Banjarnegara Bangkit". Pada pemberitaan ini, Tv One cukup gegabah dengan istilah petaka, karena petaka itu sering dipadankan pada makna yang berkonotasi negatif seperti kesengsaraan karena melakukan sesuatu yang tidak baik (seperti akibat meminum minuman keras, pergaulan bebas dll), padahal isi berita yg sebenarnya disajikan adalah musibah duka sebagai akibat bencana alam berupa tanah longsor. Sedangkan Metro Tv menggunakan bahasa yang menggugah untuk kembali membangun kondisi Banjarnegara ke arah normal, melalui kata "bangkit". Pesan yang bagus dan membangun dari media (Metro), tanpa mengesampingkan fakta situasi yang ada.
Ada lagi pemberitaan kontroversial di media atas pernyataan Wagub DKI, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok tentang peredaran miras di DKI, Tv One mengatakan "Ahok Legalkan Miras di DKI", sementara Metro Tv mengatakan "Ahok Izinkan Penjualan Miras tapi Diperketat Pengawasannya". Pada pemberitaan ini, sepanjang yang saya cek di sejumlah berita, memang Ahok tidak membantah adanya peredaran miras di DKI seperti terjadi di sejumlah wilayah lainnya, tapi bukan Ahok yang melegalkan karena hal itu sudah diatur lama sesuai peraturannya, dan Ahok ingin melakukan perkuatan pengawasan atas peredaran miras yang ada. Bagi pribadi muslim, tentu saja barang ini dilarang dan tidak dibolehkan utk dikonsumsi, tapi utk menjadi kebijakan umum dari kepala daerah yang mempunyai warga heterogen, tentu hal tersebut harus diatur secara bijak, adil dan objektif untuk semua warganya, dan tentu saja, pembentukan peraturan itu dengan melibatkan para ahlinya. Jadi dalam pemberitaan ini, terkesan Tv One ingin menohok alias menyudutkan Ahok, setelah sebelumnya juga "mengobral" obrolan di TV yg sama tentang Gubernur Tandingan.
Pemberitaan terakhir yang saya soroti adalah pemberitaan melemahnya mata uang Rupiah atas dolar AS. Metro TV melakukan ulasan yang cukup bagus dengan judul "Rupiah Melemah", yang kemudian dilanjutkan dengan program "Siasat Mengamankan Rupiah". Narasumber yang berbicara pun punya kapasitas dalam hal bidang ekonomi, yaitu Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, pelaku pasar di BEI, dan ekonom lainnya, sementara Tv One menyajikan pemberitaan yang sama, dengan bahasa sedikit berbeda, yaitu "Rupiah Terpuruk", tapi sayangnya, pengulas yang dihadirkan bukan orang ekonomi, melain pengamat politik, Tjipta Lesmana dan orang parpol dari KMP. Tentu saja kualitas paparannya kurang mengena dan tidak jauh juga dengan model politik, seperti disangkutpautkan dengan Jokowi dll. Padahal fakta ekonominya,memang Dollar AS sedang menguat di sejumlah wilayah (negara), termasuk di Indonesia, karena lebih dipengaruhi faktor eksternal dengan tingkat prosentase penurunan mata uang lokal (negara) bervariasi, termasuk Rupiah. Lagi2, Tv One kurang terlihat bagus dalam upaya mendalami masalah secara berimbang. Bisa jadi, yg terpenting adalah konsisten sesuai slogannya "memang beda".
Ini pengamatan pribadi saya atas 2 channel "news" ini.
Diadopsi dari Fb saya. https://www.facebook.com/gusmaul/posts/10152920978768841