Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kenapa Enggan Menggunakan Nama Jawa?

31 Juli 2013   12:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:47 1489 3
Bukan bermaksud SARA atau bagaimana, tapi postingan kali ini memang khusus saya tujukan untuk orang-orang Jawa. Kendati demikian, jika kebetulan pembaca bukan orang Jawa, tetep boleh kok mbaca postingan ini. Jadi, silahkan dinikmati, duduk yang manis, ambil popcorn rendah kalori anda, tutup pintu, dan mulailah membaca postingan ini.

Beberapa waktu yang lalu, datang seorang pria ke warnet saya, beliau minta untuk diprint-kan tulisan penutup hidangan kenduri tasyakuran, itu lho, tulisan "Mohon doa restu atas kelahiran anak kami yang bernama Fulan/Fulana" yang biasanya disertakan dalam box makanan kendurian yang dibagikan kepada warga (Halah, saya anggap anda tahu apa yang saya maksudkan), dan agaknya, itu untuk acara kenduri tasyakuran salah satu kerabatnya.

Nama anak yang ditasyakurkan adalah Angelina Renata Cyntia Putri (nama sengaja saya samarkan, tapi intinya, namanya sangat kebarat-baratan), sedangkan nama bapaknya adalah Agung Prabowo, dan nama ibunya Sekar Ayuningrum (sekali lagi, nama bapak dan ibu ini juga saya samarkan, tapi intinya, namanya sangat kejawa-jawaan).

Sebagai seorang Operator warnet yang baik, tentu saya mengiyakan permintaan pria tadi untuk mem-printkan tulisan penutup hidangan tadi, tapi dalam hati, saya berfikir dengan rasa yang tak habis pikir, kenapa jaman sekarang banyak orang tua Jawa (mungkin suku lainnya juga) yang memberikan nama kepada anaknya dengan nama yang cenderung "luar negeri".

Apakah pamor nama Jawa dianggap sudah ndeso dan kampungan, sampai kemudian nama Jawa tidak lagi akrab digunakan dan digantikan dengan nama Luar Negeri?.

Apakah dengan memberi nama Kebarat-baratan anak kita jadi lebih terlihat berwibawa? Tidak Bapak Ibu, Wibawa dan pandangan orang itu terbentuk dari ilmu dan perilaku, bukan dari nama. Toh sampai sekarang, Ki Joko Bodo masih tetep dianggap sebagai Orang Pinter kok, kendatipun namanya Bodo.

Okelah, untuk nama baptis bagi pemeluk kristiani, seperti Henry, Christian, Michael, dsb. Mungkin tidak jadi soal. Ataupun nama luar khas arab seperti Ahmad, Abu, Usman, dsb bagi para pemeluk agama Islam.

Yang jadi perhatian saya adalah ketika seorang Jawa, memberi nama anaknya bukan dengan nama jawa, melainkan justru dengan nama yang kebarat-baratan, padahal bukan nama baptis, rasanya kok agak kurang sreg gimana gitu.

Apa ndak bangga dengan nama-nama jawa yang sejatinya bisa punya makna dan arti yang mendalam?. Contohlah nama Lesmana, Agung, Satrio, dsb bagi anak laki-laki. Atau nama Ningrum, Sekar, Kinasih, dsb bagi anak perempuan. Bukankah sebenarnya nama Jawa juga tidak kalah keren dan berwibawa bila dibandingkan dengan nama barat, lagian kelihatannya lucu juga, kalo ada anak namanya Alexandra, tapi manggil ibunya dengan panggilan "Mak", Lak yo nggilani tho?

Seharusnya, kita sebagai orang Jawa sadar, bahwasanya budaya Jawa kita ini semakin lama semakin tergerus, Unggah-ungguh khas jawa semakin tak teramalkan, kesenian dan tradisi Jawa makin terpinggirkan, pun Bahasa Jawa juga kian terminorkan. Makin sedikit orang Jawa yang mau nguri-uri budaya Jawa kendatipun itu budaya sendiri, Karena itulah kita sebagai orang Jawa harus mau berusaha untuk menumbuhkan kembali Ke-Jawa-an kita, yah setidaknya dengan memberi nama anak kita dengan nama Jawa.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX pernah berkata, "Sakduwur-duwure sinau kudune dhewe tetep wong jowo, Diumpamake kacang kang ora ninggalke lanjaran, marang bumi sing nglairake dewe tansah kelingan" (setinggi-tingginya kita belajar kita harusnya tetaplah orang Jawa, seumpama.... *Lho, ngopo semang tak terjemahke yo, lak yo postingan iki kan cen ge wong Jowo, dadine rasah tak terjemahke wis mudeng tho ndhes?)

Ayolah Pak Bu, Nama Jawa itu Keren kok. Nyatanya Neil Amstrong juga melakukan pendaratan pertamanya di bulan dengan seseorang bernama Jawa (anda pasti tau lah....)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun