Disamping itu, lendir sudah berjasa memberi banyak inspirasi bagi para penulis. entah itu puisi, cerpen, novel dan drama, tidak sedikit yang menjadikan lendir sebagai pokok bahasannya. perkara, kemudian hasil tulisan tersebut disebut sastra syahwat, cerita stensilan dan sebagainya, bukan salah lendir. Si penulis sendiri yang-mungkin- lagi dirongrong nafsu, atau setidaknya --lagi-lagimungkin-- karena si penulis kurang piawai meracik tulisannya seputar lendir ini. Karena, seperti sambal, siapa bilang urusan syahwat tidak penting ? Cuma lantaran kurang sedap racikannya, kita jadi suka mengumpat sambal, diamput ! pedes e rek ! Padahal, nanti kita makan sambal lagi, makan lagi...
Lendir juga sering dikaitkan dengan bisnis yang dipandang sebelah mata, bisnis lendir ! kata orang untuk menyebut dunia jual beli pemuasan napsu. Padahal..., ah sudah lah nanti saya dicap orang sebagai pembela lendir lagi. Maaf.