Dua hari yang lalu saya melihat tetangga yang juga masih kerabat tersenyum karena anaknya lolos ke salah satu SMP Negeri di Kabupaten Cianjur. Ia begitu gembira, karena setidaknya ia tidak akan terbebani banyak biaya untuk sekolah anaknya. Kemarin pagi pun ia berkunjung ke rumah, meminta beberapa atribut bekas keponakan saya, karena kebetulan keponakan saya baru saja lulus dari sekolah tersebut. Sore hari nya, senyuman itu nyaris hilang dari wajahnya, berganti kebingungan. Selidik punya selidik, ternyata sekolah mewajibkannya membeli berbagai seragam dan atribut sekolah dari koperasi sekolah senilai Rp. 500.000 lebih. Padahal ia telah menjelaskan, bahwa beberapa barang, seperti topi, dasi dan atribut sudah ia dapatkan dari tetangganya. Namun, pihak koperasi sekolah tetap keukeuh memaksa ia untuk membelinya. Dengan lesu, ia meminta pihak sekolah untuk memberinya waktu, karena baginya uang 500 ribu bukanlah uang kecil yang bisa didapatkan dengan menggesek kartu ATM.