Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Epul Ingin Sekolah Pak!

2 Mei 2012   13:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:50 227 0

Saya, yang dalam beberapa pekan begitu antusias membaca artikel artikel tentang pendidikan di Indonesia, bahkan memberikan tanggapan atas sikap pemerintah dalam bentuk tulisan, hari ini kehilangan semangatnya. Kehilangannya justru pada momentum HarDikNas. Pikiran saya dipenuhi satu nama, Saeful Bahri, salah satu siswa terbaik yang pernah di miliki sekolah tempat saya mengajar.

Beberapa hari yang lalu, saya melakukan pendataan siswa yang akan melanjutkan sekolah. Saat saya tanya Saeful, dia tersenyum dan menggeleng. Tentunya hal ini membuat saya kaget, karena saya sangat mengenalnya. Saat saya tanya kenapa, dia hanya tertunduk, dan tak menjawab. Tentu sebagai gurunya, saya bisa memahami arti diamnya itu. Saeful Bahri yang selalu jadi siswa terbaik sejak kelas VII, yang hampir tidak pernah absen, yang selalu ceria dan membanggakan itu, bercita cita ingin jadi seorang Guru. Namun, kondisi ekonomi keluarga harus mengkandaskan impiannya.

Saya masih ingat kejadian tahun lalu, ketika dia menerima penghargaan sebagai siswa terbaik. Saya menyaksikannya dengan bangga bersama kerumunan orang tua siswa yang hadir. Saat Epul dan dua siswa lainnya turun dari panggung, hanya Epul yang disambut anak anak kecil. 'Koq anak anak kecil, mana orang tua nya?' tanya saya dalam hati. Kemudian dari jauh, saya melihat Epul membuka bingkisan hadiah tersebut yang hanya berupa beberapa buku dan bolpoin. Dengan tersenyum, membagikan buku buku itu ke tiga saudara kecilnya yang menerimanya dengan gembira. Sungguh pemandangan yang mengharukan. Entah apa yang kemudian ia sampaikan pada adik adiknya itu, yang pasti adik adik nya itu mengangguk dan berlari ke belakang kelas. Kemudian saya menghampirinya dan bertanya,

Orang tua mu ke mana Pul?’ ‘Ke sawah pak.’ Jawabnya dengan tersenyum.

Saya sadar, orang tua Saeful bukannya tidak mau datang ke sekolah, terlebih anaknya selalu mendapat penghargaan dan itu pasti membuat mereka bangga, namun mereka harus tetap bekerja agar Saeful dan adik adiknya bisa tetap makan.

Yah inilah hidup, tak semuanya seperti yang kita inginkan. Epul yang hanya anak seorang buruh tani begitu ingin sekolah, dan banyak anak yang telah dibiayai sekolahnya, malah tawuran. Namun dibalik itu, saya yakin, ada rencana Tuhan yang terbaik untuk epul.

Terkadang, saya sempat berfikir untuk membiayai sekolahnya, namun setelah dikalkulasi, dengan gaji yang saya terima, itu tidak mungkin. Yah, hati kecil ini berharap bahwa ada sekolah yang mau menerimanya dengan membebaskan segala biaya. Juga ada orang tua asuh yang mau membiayai hidupnya, karena SMA/SMK/MA terdekat berjarak 15 Km, dan harus ditempuh dengan angkutan umum. Yah semoga saja, dan semoga anak anak lain yang bernasib seperti Epul, tetap mempunyai semangat untuk meraih impiannya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun