JANGAN suka menunjuk orang lain. Jari yang menunjuk cuma satu jari, tetap empat jari lainnya menunjuk ke kita. Begitu kira-kira ajaran yang saya dapat dari orang tua saya. Singkat tetapi bijak (tapi bukan bijak orang pajak... he..he) . Maknanya, kira-kira, sebaiknya kita berinteropeksi dulu sebelum menunjuk orang lain. Apalagi untuk mempersalahkan orang lain. Interopeksi diri lebih penting daripada menunjuk orang lain untuk mencari-cari kesalahan. Seolah-olah kita paling bener. Saya segera teringat "pelajaran berharga" emak dan apak saya dulu soal "jangan suka menunjuk orang lain" itu ketika membaca berita,
Megawati: Republik Ini Kacau-balau di Kompas (5/8) halaman 3. Tentu saja saya tidak pada tempatnya, memberi tahu Bu Mega soal filosofi tunjuk tangan itu. Lha, saya kan lebih muda dari Bu Mega. Lagian saya bukan emak-bapaknya beliau bukan? Apalagi saya cuma rakyat biasa-- kalau musim kampanye saya dicap wong cilik-- dibandingkan beliau yang berpengalaman jadi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan. Jadi tidak pada tempatnya saya memberi tahu dia: Mbok ya si ibu interopeksi... he..he Saya lebih suka menaruh judul berita Kompas yang hanya mengutip omongan Bu Mega itu untuk status saya di Facebook. Setelah itu saya menikmati komentar-komentar dari teman-teman saya, baik yang kenal maupun yang akrab secara visual, seperti Anda....
KEMBALI KE ARTIKEL