Dr. Agus Hermanto, MHI
Berkat jasa pada ulama, ilmu agama dapat kita pelajari, dan berkat ijtihad para ulama semua aturan dapat dipahami. Literasi adalah guru abadi, karena dengan literasi seseorang akan tetap hidup meskipun ia telah mati. Betapa tidak, ulama adalah orang yang sangat serius menuangkan hasil ijtihadnya dalam sebuah kitab-kitab primer yang hari ini dapat kita telaah dan analisis hingga kita tetap dalam sebuah lingkaran keyakinan dan mampu mengagalkan ajaran yang dibawa oleh kanjeng nabi.
Berliterasi tidak dapat dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu berkonsentrasi, hingga munculnya sebuah Ide-Ide dan gagasan-gagasan yang dapat dituangkan dalam goresan tinta pada lembaran-lembaran putih hingga menjadi kaidah-kaidah ilmiah yang teranalisis tajam dan didasari oleh hati yang suci dan niat yang tulus, sehingga bermanfaat hingga kini.
Bertolak pada history, dimana para sahabat nabi pada saat itu memiliki peran dan kedudukan yang sesuai dengan profesi dan poksi, tidak semua sahabat terlibat dalam peperangan, menjadi pemimpin perang atau ahli dalam strategi, melainkan baginda Rasul Muhammad telah khususkan kepada sebagian sahabat untuk juga berkonsentrasi menghafal dan menulis setiap wahyu yang turun, hingga tertuanglah dalam beberapa media, seperti pelapah kurma, batu, hingga kulit hewan yang telah disamak. Sebagian sahabat berkonsentrasi menjaga dan meriwayatkan hadis yang merupakan perkataan, perbuatan dan ketetapan yang disandarkan kepada Nabi, hingga riwayat tersebut memiliki sanad yang teruji.
Kemajuan dunia literasi hingga merubah pada abad ke III dan ke IV yang mengalami masa kejayaan Islam, sehingga semua disiplin ilmu tertuang dalam lembaran-lembaran yang termodifikasi, baik tafsir, hadis, fikih, dan segala ragam disiplin ilmu agama yang tersimpan pada sebuah perpustakaan di Qardaba. Namun perjalanan itu kemudian runtuh, hingga mengalami masa stagnasi, hingga siklus tersebut berjalan dan pada titiknya kemudian mengalami masa kebangkitan kembali, hingga saat ini.
Sejarah mengatakan bahwa manusia telah mati ratusan lamanya, namun karyanya tidak akan pernah mati dan bahkan hidup abadi seutuhnya. Para era digital ini, semua karya para ulama baik klasik hingga kontemporer dapat kita akses dan lacak untuk kita pelajari dan telaah hingga kita memiliki wawasan dan ilmu pengetahuan luas, terutama ilmu agama.