Seratusan pasang bibir di kampung menyebut Jihan Tua sebagai orang gila dan meninggalkannya, tak mau mendekatinya. Matanya yang kosong dan uban yang memenuhi kepalanya terjuntai menutupi muka. Kulitnya sudah tak kencang dan jarang bicara. Dia tinggal di rumah ujung pesawahan bersama anak tertuanya –Sati. Entah sejak kapan, tapi Sati juga tak terlalu banyak bicara, sama seperti ibunya. Jihan tua selalu terlihat duduk di beranda rumah itu sejak pagi hingga petang. Sampai matahari pulang.
KEMBALI KE ARTIKEL