Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Lizzi dan Sueb: Episode 4

31 Juli 2013   11:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:48 119 0
“wkwkwk, kayaknya dia emang jodoh lu, Liz” Dwi, sahabat Lizzi, tertawa terkekeh-kekeh mendengar curhatan Lizzi.



“Jodoh pala lu peyang. Enak aja lu maen jodoh-jodohin orang. Ogah gue ama tuh orang rese, amit-amit dah.” Lizzi menggerutu sebal pada Dwi.



Lizzi dan Dwi kini sedang berada di kamar. Mereka berdua tengah asyik mengobrol membicarakan si Sueb, sambil membuat kerajinan tangan boneka mini dan aksesoris cewek untuk dijual ke pelosok kota dan negeri besok. Yah, mereka berdua punya bisnis bersama sekarang, bisnis jualan kerajinan tangan seperti aksesori, pernak pernik, boneka. Dan hasilnya, yah, lumayan buat jajan dan pulsa mereka sehari-hari, secara karya mereka memang cukup banyak diminati oleh kaum muda mudi sekarang ini.



“Tapi Liz, si Sueb kan orangnya cukup manis, lagi dia juga pinter tuh. Lumayan kalau lu jadian ama dia, lu bisa minta dia kerjain PR lu yang seringnya kagak lu kerjain itu, atau lu bisa minta dia buat ngajarin matematika biar pas disuruh maju lu kagak mesti plonga plongo, lu kan bego kalau masalah pelajaran, jadi lu bisa ngemanfaatin dia.” Dwi mencoba ngasih saran sesatnya seperti biasa kepada Lizzi.



“Ebuset, lu ngatain gue bego lagi. Gue bukan bego.”



“Terus apaan dong?”



“Gue o’on, puas lu?”



“Pfffttt”



“Lagian tuh orang mana bisa dibegoin kayak gitu, dul. Banyak akalnya lagi licik gitu.”



“Ah, gue gak yakin dia gak gampang kelepek-kelepek ama lu and rela ngelakuin apa aja buat lu. Kalau gue lihat, dia kan selalu ada aja buat ngeganggu lu and caper ke lu, berarti dia siap tuh buat diperbudak oleh lu, asal bisa bersama ama lu, hehe.”



“Kesimpulan dari mana tuh?”



“Ngarang.”



“Asem lu. Tapi ogah Wi, lebih baik gue ngejauh dari tuh orang.”



“Haduh, terserah lu dah, Liz.”



Mereka berdua pun beralih topik dan melanjutkan prakarya mereka yang hari ini mendapat banyak orderan itu.







Esok harinya di sekolah, anak-anak kelas 3A sudah berada di lapangan sekolah untuk melaksanakan kegiatan pelajaran olahraga. Dengan dipimpin oleh Pak Shandy yang mana adalah sang guru olahraga yang dijuluki juga sebagai diktator, anak-anak mulai melakukan senam pemanasan sebelum olahraga yang sebenarnya dimulai. You know, apa olahraga yang sebenarnya itu?



“Sekarang kalian lari keliling sekolah tiga kali, lalu jalan jongkok  pas melewati pohon mangga di sana sampai ke sini, siap!” ucap Pak Shandy pada murid-murid yang dicintainya itu. Inilah, terkadang Pak Shandy memang suka membuat kejutan di setiap kegiatan olahraga, mulai dari habis lari merayap lah, rolling lah, lompat-lompat, dan sebagainya. Tapi memang wajar juga sih begitu, secara dulu Pak Shandy adalah orang militer, jadi tak heran pengajarannya juga rada bergaya militer.



“Ayo, mulai!” Pak Shandy memberi aba-aba dan anak-anak mulai berlari mengelilingi sekolahan. Lap pertama berhasil ditempuh oleh para murid, disusul Lap kedua, hingga akhirnya pada Lap ketiga para murid mulai kelelahan. Tapi sayang tantangan belum berakhir, ketika melewati pohon mangga, satu per satu murid mulai berjongkok dan berjalan dalam posisi itu hingga sampai ke finish. Yah, endingnya mereka semua langsung tersungkur dan tepar kelelahan di  lantai.



“Priittt, dengar! Hari ini, Bapak akan mengambil nilai tes dari kalian.” Ucap Pak Shandy disela-sela peregangan kaki anak-anak yang baru selesai menjalani pelatihan militer itu. “Tes hari ini adalah  push up, sit up, dan skcout jump. Waktunya adalah 20 menit. Kalian istirahat dulu sebentar setelah itu kalian siap-siap karena kita akan mulai 5 menit lagi.” Anak-anak yang sudah lesu, lemah tak bertenaga  itu, seketika lebih lesu level 99999 lagi setelah mendengar  penjelasan dari Pak Shandy tersebut.



“What the Gan does he said Gan? Y U mendadak banget ngasih tes? Huh!” Gerutu Cozi, si hacker muda dari kelas 3A  yang memang sama sekali tidak punya minat dengan olahraga, bahkan benci dengan yang namanya olahraga.



“Iya nih, bijimane sih. Sekarang kan masih baru-barunya semester awal, udah tes-tesan aja.” Gerutu Reza, si jomblo tukang tidur di kelas



“Yaelah, cemen amat kalian. Gitu aja pada sambatan. Cuma segitu sih gampang buat gue.” Ucap koyor, si anak belagu yang juga idola cewek-cewek di sekolah. Tapi sayang, menjadi idola cewek-cewek baginya itu bukan hal yang menarik. Karena sebagai Otaku Anime level 99999, itu membuatnya menjadi seorang Nijikon, orang yang lebih tertarik sama cewek 2D dari pada cewek real. Bahkan di rumahnya pun gulingnya bergambar Anime cewek. Dan dia sempet hampir menikahi gulingnya itu. Tapi gak jadi karena dia sadar bahwa itu guling.



“Benar kata Koyor, ini gampang. 20 menit cukup enteng buat kita kan.” Ujar Eka, si murid paling bertubuh atletis dan jago olahraga di kelas. Yah, gimana gak tampak Atletis sih, pulang sekolah dia selalu bantu bapaknya nguli di salah satu komplek perumahan. Mungkin dia juga murid paling hitam di kelas, karena kebanyakan panas-panasan.



“Eh? I..iya kali.” Ujar Koyor pada Eka.



“Yakin Lu Yor gampang? Lu aja udah ngos-ngosan kayak ikan gak dapat air gitu sekarang.” Ujar Reza pada Koyor.



“Yaa, kita lihat aja entar.” Balas Koyor.



“Tidak, ini tidak bisa dibiarkan teman-teman. Tidak semua anak-anak di sini siap dengan tes yang mendadak ini. Kasihan mereka juga, sudah capek-capek lari dan jalan jongkok, eh langsung dikasih tes bejibun yang berat begitu. Ini namanya semena-mena. Kita tidak boleh membiarkan pemimpin yang otoriter seenaknya saja memperlakukan kita secara semena-mena. Seenaknya mengeluarkan kebijakan tanpa adanya perundingan yang nyata. Kita harus melaporkan ini ke kepala sekolah. Ini demi  kenyamanan bersama.” Ucap Wisnu, murid di kelas 3A yang umurnya paling tua dari murid yang lainnya, juga paling kritis-tis, paling tak gentar membela keadilan, paling semangat empat lima, paling beuh, kalau udah orasi bisa mengguncangkan sekolahan, paling ngidolain Bung Karno. Pokoknya hidup Bung Wisnu!



“Eh, apaan sih lu, lebay amat.” Ujar Diablo El Pablo, atau biasa dipanggil So’oN.



“Hmm… Aku berada di kelas yang isinya anak-anak koplak, khukhukhu. Tapi sebagai anak paling jenius di sini, melihat kekoplakan mereka yang tolol juga sebuah hiburan tersendiri buatku, pffffftttt, khu khu khu.” gumam Rysal , si anak yang memang paling pintar di kelas tapi juga yang paling aneh tingkahnya.



“Eh eh, ngapain tuh si Rysal senyum-senyum, ketawa sendiri?” ucap Cozi pada Reza.



“Biasa, obatnya lagi abis.” Jawab Reza pada Cozi.



Matahari mulai meninggi di langit, angin semilir berhembus menerpa dedaunan, suasana yang tenang dengan kicauan para burung (bayangkan adegan penampakkan sudut2 lingkungan kayak di anime2, biasanya pas adegan2 slice of life XD). Pak Shandy berjalan dengan gagah menghampiri anak-anak yang sedang tepar  itu seraya meniup peluitnya keras-keras dengan gaya yang cool.



‘Priiiiiitttttt….!!!’



Anak-anak yang mendengar suara pluit penghancur jiwa itu segera bangun dan berbaris di hadapan Pak Shandy dengan wajah galau dan lesu. Tapi tidak dengan gadis manis bernama Dwi,. yah, yang tadi sohibnya Lizzi itu, hanya Dwi yang selalu ceria setiap melihat Pak Shandy datang. Kenapa di ceria? Ya apalagi kalau bukan karena kekagumannya pada sosok Pak Shandy. Padahal tak satu pun cewek-cewek yang ada di sekolah ini suka pada Pak Shandy yang seringnya cuek, galak, dan tak berekspresi itu. Tapi hanya Dwi satu-satunya cewek di sekolah ini yang naksir berat sama Pak Shandy. Selera Dwi ini memang beda banget, mungkin karena dia sudah bosan dengan pria yang sok perhatian, tukang ngegombal dan berwajah berondong. Secara Dwi dulu sering gonta ganti pacar, otomatis dia sudah hapal banget sama manis pahit percintaan. Sekarang justru dia sang penakluk Pria, bukan lagi korban cinta oleh Pria. Tapi untuk Pak Shandy, dia seakan pertama kali merasakan jatuh cinta yang sebenarnya. Dia merasa Pak Shandy itu beda, berkharisma, berjiwa tegas (padahal menurut murid lainnya galak dan suka semena-mena ngasih perintah), serta apa adanya (ASSEEEEKKKK XD). Padahal Pak Shandy udah cukup tua lho, kira-kira umurnya hampir 40 tahun.



“Sekarang kita akan mulai tes-nya, sebelumnya kalian buat kelompok terdiri dari dua orang, cepat!” seru Pak Shandy pada murid-muridnya.  Murid-murid pun segera ribut sendiri membentuk kelompok masing-masing, tapi ada satu murid yang tidak kebagian kelompok.



“Sueb, kamu tidak kebagian kelompok?” Tanya Pak Shandy pada Sueb.



“Tidak, Pak.” Jawab Sueb.



“Ya, sudah, kamu sama Bapak saja.”



“Ya, Pak.”



Si Dwi yang mendengarnya pun langsung mendapat sinyal dan dengan segera mengutarakan ide yang brilliant. “Pak, saya saja yang sama Bapak.”



“Lho, tapi kamu kan sudah punya kelompok sama Lizzi.” Ujar Pak Shandy pada Dwi.



“Gak papa, Pak. Biar Lizzi sama Sueb saja.”



‘CTARR’



Adegan kaget yang sangat dramatis ala sinetron pun terjadi pada Lizzi. “Apa lu bilang, Wi? Lu nyuruh gue ama Sueb? Yang bener aja dong!” ujar Lizzi kesal.



“Yah, gimana Liz, ini kesempatan gue deket ama Pak Shandy.” Ucap Dwi bisik-bisik.



“Tapi gak harus ngorbanin gue ke si Sueb, dul.”



“Yah, mau gimana lagi, adanya Cuma si Sueb. Udah gak papa. Sekalian biar lebih deket, hehe.”



“What? Sialan lu.”



“Oke sekarang kalian sit up bergantian, pasangan yang tidak sit up menghitung temannya yang sit up.” Ucap Pak Shandy pada murid-muridnya. “Oke siap! Mulai!”



Para murid pun mulai naik turunkan badan dengan kaki mereka ditahan oleh pasangan masing-masing.



“Satu, dua, tiga, empat, lima, yang cepet dong!” ucap Cozi pada Reza yang tengah sit up di hadapannya.



“Berisik, Lu. Ugh, gue ngos-ngosan banget nih. Huh huh.”



“Yah, elu. Makanya, sarapan dulu lu kalau mau olahraga.”



“Hah? Kok lu tau gue belum sarapan?”



“Nebak  aja, hehe. Eh tapi Za..”



“Tapi kenapa?”



“Itungan gue lupa udah berapa.”



“Ebuset?”



Sementara murid yang lain ber-sit up ria dengan biasa saja, Dwi dengan Pak Shandy-nya itu tampak sedang bahagia.  Sambil naik turunkan badan, Dwi terus saja menatap wajah Pak Shandy dalam-dalam.  Padahal Pak Shandy sendiri sibuk menatap stopwatch-nya sambil menghitung sit up yang dilakukan Dwi, tanpa membalas pandangannya.



Lain Dwi lain lagi Lizzi. Jika Dwi Nampak bahagia bersama pasangan sit upnya itu, Lizzi malah sebel sekali pada pasangan sit-upnya.



“Yang cepet dong! Lelet amat.” Ujar Sueb pada Lizzi.



“What? Eh, lu tuh berisik banget ya. Lu gak bisa gitu gak nyebelin banget sehari aja?” omel Lizzi pada Sueb.



“Udah, cepetan lanjut! Bawel amat kayak emak-emak lagi nonton berita kebakaran aja lu. ”



“Aaaaa, Sueeebb!! Lu tuh nyebelin banget ya. Pergi lu dari hadapan gueee!!” >:(



‘BUOOKK’



Lizzi yang sangat kesel pada Sueb itu langsung menendang wajahnya dan membuatnya terpental  gegulingan hingga hidungnya mimisan.



“A..aa..??” Lizzi melongo melihat apa yang telah dilakukannya. Tapi jangankan Lizzi, semua murid di lapangan hingga satpam sekolah pun ikutan melongo melihat adegan yang baru saja terjadi itu.



“Su..Sueb!?”



Bersambung





Episode2 sebelumnya ada di mari http://kompasiana.com/agusbiru

















KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun