Minggu 28 Oktober 1945. Dini hari. Telepon di Istana Merdeka berdering berulang-ulang. Jam di dinding Istana menunjuk angka 02.00 saat itu. Pengawal pribadi Bung Karno--Tukimin-- mengangkatnya. Telepon dari Surabaya: ajudan Komandan Tentara Inggris. Tukimin bilang bahwa Presiden sedang istirahat, dan tidak bisa diganggu.
Suara di seberang mendesak, kondisi darurat dan mohon Presiden dibangunkan. Suara setengah memerintah, setengah memohon. Tidak ada pilihan. Pengawal pribadi Presiden Soekarno dengan hati-hati mengetuk pintu kamar Bung Karno.
Setelah lima menit baru ada tanggapan. "Ya, ada apa?" Suara Bung Karno dari dalam. "Ada telepon dari ajudan Komandan Tentara Inggris, Pak. Katanya sangat penting". Dengan suara lirih setengah berbisik pengawal Bung Karno menjawab.
----