menyembul dari balik bukit depan rumahmu,
kita duduk di pelataran
beberapa bocah kecil ceria bermain petak umpet,
angin lawu menusuk tulang pesisirku,
menggelugutkan sendi-sendiku,
kita semakin merapat, tangan saling memikat
erat
kau tahu,
bulan selalu nampak cantik terlihat dari
pojokan rumahmu,
mencipta nostalgi dari masa yang satu menuju masa yang lain,
terlebih,
tawamu renyah disela ceritamu,
dan aku selalu setia
berlama disetiap jengkal tuturmu...
ketika aroma rindu itu tercium olehmu
kau malah tertawa
"rindu pada siapa?", tanyamu
lalu lalang jalan
tak menghalangi rindu,
pada masa menuju masa lain
meskipun ada berjuta cerita, dan kisah
cinta lainnya
"rindu pada siapa?", tanyamu
maka, bukalah buku
berisi sajak tua
yang dulu,
pernah kuselipkan di bawah jendela kamarmu
didalamnya,
ada sebuah rindu yang melulu buatmu