Sedang merenung sendiri dalam sepi, Dia datang menghampiri ku. Tersenyum, Dia menatapku. Lama, ku pandang wajah teduh di hadapanku ini. Ku buang mataku jauh, menembus langit. Sekelumit tanya berlarian di benak yang sudah lama ku simpan
Aku: Sakit?
Tak ku dengar jawab, hanya angin berbisik lembut menyentuh dedaunan sekitar.
Ku alihkan pandang, lagi, menatapNya
Aku: Sakit?
Kuulang tanya..
Dia tersenyum. Sempurna. Seolah tak berbekas lara diidapNya.
Dia: Aku sudah kembali...
Tiga hari yang lalu. Suasana berdarah, marah, caci, maki, hinaan, umpatan, pukulan, cambuk juga hasutan menimpaNya
Diarak, hampir telanjang, jubah diundi, mahkota duri. Tiga paku menusuk kedua tangan dan kaki. Digantung.
Salib kasar jadi saksi tentang kebiadaban
Dia: Lihat, Aku kembali
Tangan berlubang terlihat jelas netraku.
Kuingat pesan yang kudengar
Akan derita yang akan ditanggung
Akan pengadilan
Siksaan
Kematian
Dan...Ya...aku juga dengar bahwa tak selamanya maut datang  mengurung
Karena, aku juga dengar bahwa ada kebangkitan setelah kematian di hari yang ketiga
Tangan berlubang itu kini memelukku
Aku menangisi kebodohan dan kurang percayaku
Dia: Jangan takut, Aku ini
BisikNya
Selamat Paskah
17 April 2022
Agun Sayekti
Malang