Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi Pilihan

Nanoteknologi untuk Mengatasi Krisis BBM

17 Maret 2015   13:15 Diperbarui: 24 Juli 2018   19:41 155 0


Produksi minyak dan gas bumi (migas) pada saat ini menghadapi tekanan kuat dari dua sisi. Pertama, kebutuhan yang terus meningkat seiring bertambahnya populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang memacu kegiatan industrialisasi. Kedua, cadangan migas yang terus menyusut, sementara usaha menemukan cadangan baru semakin sulit.

Menurut Presiden IPA (Indonesian Petroleum Association) Lukman Mahfoedz dalam acara konvensi IPA ke-38, Indonesia memerlukan peningkatan tiga kali lipat dari aktivitas eksplorasi saat ini untuk menutup 50 % kekurangan persediaan migas di tahun 2025. Pada saat itu diperkirakan kesenjangan antara permintaan dan persediaan migas mencapai angka 2,2  juta boe per hari.

Jika pasokan migas kurang yang terjadi adalah kelangkaan atau krisis Bahan Bakar Minyak (BBM). Bisa juga BBM ada tetapi harganya sangat mahal. Atau, harganya terjangkau tetapi membebani keuangan negara karena harus disubsidi sehingga kebutuhan mendasar lainnya tidak terpenuhi.

Industri migas tidak dapat lagi bertumpu pada teknologi konvensional untuk mengejar target pemenuhan konsumsi energi. Pada saat ini  perusahaan migas global, dari hulu hingga ke hilir,  sudah mulai beralih pada aplikasi nanoteknologi. Hal itu diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam kegiatan eksplorasi dan produksinya.


Nanoteknologi


Nanoteknologi yang dirintis oleh ilmuwan peraih Nobel Fisika tahun 1965, Richard Phillips Feynman, menawarkan solusi terhadap banyak hal yang menjadi kebutuhan manusia termasuk energi. Tidak hanya solusi teknologi di bidang migas, tetapi juga energi alternatif. Kutipan Feynman yang terkenal "There's plenty room at the bottom" seolah isyarat bahwa ada cukup tersedia sumber daya untuk memenuhi kebutuhan seluruh umat manusia.

Industri migas Indonesia juga dapat menerapkan inovasi di bidang nanoteknologi agar dapat bersaing di tingkat global dan mengatasi tantangan alam. Apalagi kecenderungan area eksplorasi saat ini yang didominasi oleh lokasi lepas pantai dan semakin mengarah ke Indonesia bagian timur. Lukman Mahfoedz mengatakan, sebaran cadangan migas 75 % berada di lepas pantai Indonesia bagian timur dengan komposisi 85 % didominasi oleh gas bumi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun