- Tahun 2014 : 1574.3 juta USD
- Tahun 2015 : 1487.8 juta USD (perkiraan)
- Tahun 2016 : 1495.3 juta USD (diusulkan).
Total anggaran riset nanoteknologi sejak tahun anggaran 2001, yaitu sejak dimulainya pelaksanaan program National Nanotechnology Initiative ( disingkat NNI), sekitar 22 milyar USD, atau lebih dari 260 triliun rupiah. Berarti, rata-rata anggaran tiap tahun yang dikucurkan lewat program ini sejak era Bill Clinton, berada di kisaran 16 triliun rupiah.
Besar atau kecilkah anggaran tersebut? Jawabannya tergantung.
Kalau kita bandingkan dengan dana riset nanoteknologi yang diterima LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), jumlah tersebut luar biasa besar. Kucuran uang negara sejak tahun 2008 hingga tahun 2013 berjumlah hanya sekitar 30 milyar rupiah saja, atau 6 milyar per tahun. Perbandingan anggaran riset nanoteknologi LIPI vs. NNI yaitu 1:2600!
Tapi jangan kadung kecewa dulu. Kalau kita bandingkan dana riset NNI dengan nilai penggelembungan anggaran Pemprov DKI yang diduga sebesar 12 triliun rupiah, kalibernya masih berani diadu laah….
Lalu, makhluk apakah gerangan nanoteknologi itu?
Menurut Kim Eric Drexler, pengarang buku Engines of Creation, (1986), nanoteknologi adalah:
Technology based on the manipulation of individual atoms and molecules to build structures to complex, atomic specifications.
Dalam buku berikutnya Radical Abundance, How A Revolution in Nanotechnology will Change Civilization (2013), Drexler mengungkapkan betapa dinamis pengertian dari nanoteknologi itu. Namun demikian makna yang dapat kita cerna kurang lebih tetap sama yaitu, teknologi untuk mengatur atom-atom dan molekul untuk membentuk atau menghasilkan suatu produk sekehendak dan sesuai keperluan kita.
Secara etimologi, kata nano merujuk pada ukuran skala 1 nanometer (1 nm) yang sama dengan 1/1000000000 atau 10-9 meter (m). Secara fisik, materi, partikel, atau struktur benda-benda produk nanoteknologi berukuran antara 1 hingga 100 nm. Diameter 1 atom sekitar 0,1 nm, sementara 1 molekul yang terdiri dari 30 atom panjangnya sekitar 1 nm saja. Itulah asal mula penamaan nanoteknologi.
Sebagai perbandingan, mikroba seukuran dengan ketebalan sehelai rambut 1/10 millimeter (mm) dalam skala nano adalah 100000 nm dan diameter sel darah merah kita adalah 7000 nm. Jadi, benda-benda tersebut belum cukup kecil untuk disebut ‘nano’ dan harus puas dengan sebutan ‘mikro’.
Seluruh materi di sekeliling kita, baik yang alami seperti makhluk hidup, batu, minyak, mineral, air, udara; maupun yang buatan seperti komponen peralatan rumah tangga, gadget, bahan bangunan, kendaraan, sejatinya tersusun dari atom-atom atau molekul. Benda-benda itu, karena tersusun dari atom atau molekul berarti dapat dibentuk, direkayasa atau diberi perlakuan sesuai kaidah atau prinsip-prinsip nanoteknologi untuk meningkatkan nilai guna dan nilai ekonominya.
Inovasi nilai guna produk nanoteknologi selalu berkembang kian maju dari waktu ke waktu. Contohnya adalah:
- kaca jendela (bening) sekaligus sebagai solar cell,
- bahan makanan yang dapat diatur komposisi nilai gizinya,
- pengobatan kanker yang lebih terfokus pada sel per sel,
- bahan bakar murah dan ramah lingkungan,
- baja atau beton yang jauh lebih kuat tetapi lebih ringan,
- prosesor komputer yang lebih cerdas tetapi lebih kecil ukurannya,
dan masih banyak lagi.
Kita bisa membayangkan betapa besar dan luasnya dampak nanoteknologi terhadap aspek-aspek kehidupan manusia.
Namun harus diingat pula, penerapan nanoteknologi di bidang militer berarti, perangkat pengintaian yang lebih awas, perangkat defensif yang lebih kuat, dan senjata yang jauh lebih mematikan!
Setiap penemuan nanoteknologi pada dasarnya bisa dicangkokkan ke dalam teknologi yang sudah ada, bisa juga digabungkan satu sama lain sehingga membentuk teknologi hibrida.
Dari segi ekonomi, besarnya nilai pasar produk nanoteknologi diperkirakan mencapai triliunan dollar setiap tahun. Tidak heran jika Amerika dengan program NNI-nya memprioritaskan nanoteknologi sejak tahun 2000 karena memang tahu persis besarnya peluang devisa yang bisa diraup.
Negara maju lainnya, Jerman, Jepang, Inggris, juga Kanada, Korea Selatan, India dan China berlomba adu cepat di abad nano ini. Kucuran modal di kisaran miliar USD terhitung kecil jika dibanding peluang pasar yang bernilai ribuan kali lipat.
Hasil sementara, Amerika sukses mewujudkan misi riset nanoteknologinya yaitu, Leading to The Next Industrial Revolution, sekalian melestarikan dominasi kekuatan ekonomi dan militer di dunia hingga sekarang. Sementara kita yang lebih suka menjadi konsumen produk-produk teknologi impor berarti harus rela membantu melunasi utang investasi yang sudah mereka tanamkan, berikut bunga-bunganya.***