Layaknya pertemuan bisnis bintang lima, pembicaraan seputar aktivitas usaha kelas kakap biasa diselenggarakan di hotel atau resto mewah. Bonafiditas para pelakunya diwakili oleh jenis parfum, merek jas, atau judul kendaraan di parkiran.
Bagi para pengusaha kelas sandal jepit, meeting begitu hanya mimpi. Menu camilan hotel barangkali lebih maslahatbuat menambah ongkos angkut bahan baku. Sementara lobi dan negosiasi antarkota antarpropinsi cukup diselenggarakan dengan memanfaatkan jasa SMS tarif termurah.
Saya berharap, mudah-mudahan dalam waktu dekat akan tersedia pasar rakyat digital untuk membantu pengusaha-pengusaha kecil meningkatkan daya saing mereka. Ya, pasar rakyat di ranah maya yang diselenggarakan buat pengusaha kecil untuk berpromosi dan melakukan berbagai aktivitas usaha. Pasar digital yang mudah diakses oleh khalayak umum, tidak hanya oleh pecandu gadget atau blogger yang biasa nongkrong di depan PC nyaris 24 jam.
Dewasa ini tentu telah banyak pengusaha yang memanfaatkan jasa internet untuk mendukung kegiatan bisnisnya. Namun pada umumnya mereka berdiri sendiri-sendiri, terpisah dengan desain situs beragam tergantung selera pemilik dan kekuatan fulus di kantong.
Kelas Baru Pengusaha Era Computing Literacy
Sekarang Teknologi Informasi dan Komunikasi sudah masuk kurikulum sekolah. Laboratorium komputer lebih lumrah keberadaannya dibanding beberapa tahun silam. Sementara para siswa kini akrab dengan telepon seluler, lengkap dengan perangkat browser tertanam di dalamnya. Tidak lama lagi, angkatan kerja yang melek komputer akan terus bertambah. Mereka adalah calon produsen sekaligus konsumen potensial yang keberadaannya penting untuk diperhitungkan.