Di tengah kesibukan orang tua modern yang semakin padat, menitipkan anak kepada kakek dan nenek kini menjadi solusi yang kian populer. Fenomena ini dapat kita jumpai di berbagai kota besar hingga pelosok desa. Anak-anak yang seharusnya diasuh oleh ayah dan ibunya justru tumbuh di bawah pengasuhan generasi sebelumnya. Sekilas, solusi ini tampak praktis dan masuk akal -tetapi apakah benar tanpa risiko?
Di balik kenyamanan yang dirasakan, fenomena ini menyimpan dampak yang tidak sehat, tidak hanya bagi anak-anak, tetapi juga bagi kakek dan nenek yang seharusnya menikmati masa tua mereka dengan tenang. Lebih dari itu, hubungan emosional antara orang tua dan anak terancam menjadi renggang.
Mengapa fenomena ini bisa menjadi masalah besar? Bagaimana dampaknya terhadap perkembangan anak, kesehatan kakek dan nenek, serta keharmonisan keluarga? Mari kita telaah lebih dalam, dimulai dari alasan utama yang sering kali dijadikan pembenaran untuk menitipkan anak kepada kakek dan nenek.
Keamanan dan Kenyamanan: Alasan Umum yang Harus Ditinjau Kembali
Orang tua kerap memilih menitipkan anak kepada kakek dan nenek dengan alasan keamanan, kenyamanan, dan penghematan biaya. Memang benar, dibandingkan dengan jasa baby sitter atau daycare, kakek dan nenek memberikan rasa aman lebih karena masih bagian dari keluarga. Namun, aspek ini tidak boleh menjadi satu-satunya pertimbangan, terutama jika menyangkut pembentukan karakter dan masa depan anak.
Dampak Psikologis: Sayang Berlebih dan Karakter Anak
Kakek dan nenek cenderung menunjukkan kasih sayang tanpa batas kepada cucu. Pola asuh seperti ini, meskipun didasari cinta, dapat berujung pada pembentukan karakter anak yang kurang disiplin. Dalam bahasa Sunda ada istilah "nyaah dulang", yaitu rasa kasih sayang yang cenderung berlebihan. Seolah sayang, namun sebenarnya mencelakakan. Karena semua keinginan cucu tersayang, serba dibolehkan.