Kepada ananda, permata hati Ayah,
Hari ini Ayah menulis dengan cinta yang meluap-luap, dengan harapan surat ini menjadi pelita kecil di perjalanan panjangmu. Anakku, kau kini berada di awal langkah karirmu di kota besar yang hiruk-pikuk, penuh peluang, namun juga sarat tantangan. Ayah tahu, kerinduanmu pada rumah - pada kami - sering kali mengusik hatimu. Percayalah, rindu itu pun kami rasakan, seperti angin yang menyapu lembut tapi terus-menerus mengingatkan betapa berharganya kehadiranmu.
Namun, anakku, dalam kasih sayang yang tak bertepi ini, Ayah ingin kau paham bahwa hidupmu kini sedang memasuki fase penting. Kau mungkin merasa nyaman di zona yang kau kenal - comfort zone, tempat segala sesuatunya terasa aman. Tapi ingatlah, terlalu lama di sana membuat kita terbelenggu oleh kemalasan.
Ada pula fear zone, di mana ketakutan akan kegagalan atau kesalahan sering menghantui. Tapi anakku, ketakutan itu hanyalah bayang-bayang yang akan sirna jika kau hadapi dengan keberanian. Dari sanalah kau akan melangkah ke learning zone, tempat kau mulai menyerap pelajaran baru, membangun kemampuan, dan menemukan siapa dirimu sesungguhnya. Hingga akhirnya, kau akan sampai ke growth zone, fase di mana kau benar-benar bertumbuh. Menjadi kupu-kupu indah yang siap terbang jauh membawa keunggulan.
Ingat, sayangku, pulanglah sewajarnya. Bukan karena Ayah atau Ibu tidak ingin memelukmu, tapi karena Ayah ingin kau kuat menghadapi dunia ini. Jadikan video call sebagai pengobat rindu. Fokuslah pada karirmu, masa depanmu, dan cita-citamu. Setiap langkahmu di kota besar adalah bagian dari hijrahmu. Hijrah dari kenyamanan menjadi tantangan, dari kebergantungan menjadi kemandirian, dari seseorang yang belajar menjadi seseorang yang menginspirasi.
Luruskan niatmu selalu, anakku. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Saat Allah ada dalam setiap niatmu, tak ada yang terlalu sulit, tak ada yang terlalu besar. Ayah yakin, kau bisa melampaui apa pun jika kau melibatkan Allah dalam setiap detik perjalanan dan nafasmu.