Ketika kata-kata saat menulis humor jadi pahlawan di dunia yang begitu serius, bisa jadi ini akan jadi pengalaman "horor" bagi sebagian penulis.
Coba Anda bayangkan aja ini: Anda duduk di sebuah ruangan penuh orang, mencoba melontarkan lelucon terbaik Anda. Tapi, semua diam hening tak bersuara. Satu-satunya suara, ya dengung AC yang mencoba mencairkan keheningan.
Menulis humor, saudara-saudara sebangsa dan sedunia, persis seperti itu. Ia bukan sekadar seni mengolah kata, tapi seni bertahan dari keheningan yang mematikan! Harus berani melawan "kehororan".
Seorang bijak pernah menyampaikan, humor itu adalah bahasa universal. Ia mampu menjembatani perbedaan, mengangkat suasana hati, dan bahkan menyelesaikan konflik. Tapi, kenapa penulis humor begitu langka, seperti menemukan koin emas di reruntuhan kota kuno?