Di era digital ini, produktivitas telah menjadi tuntutan utama dalam setiap organisasi. Namun, di balik laju teknologi yang memudahkan pekerjaan, muncul fenomena yang semakin lazim disebut "fake productivity" atau produktivitas semu. Para profesional - termasuk manajer, general manager, hingga top management - tak jarang terjebak dalam pola kerja yang tampak produktif namun sebenarnya hanya bersifat superfisial, sehingga kurang memberikan dampak nyata bagi organisasi.
Pertanyaannya sekarang, sangatlah sedehana: Apakah Anda benar-benar produktif, atau hanya sibuk?
Sebagai eksekutif atau pemimpin dalam era digital yang serba cepat ini, kita sering kali terjebak dalam ritme kesibukan tanpa henti---rapat berjam-jam, pesan masuk yang terus berdatangan, target dan laporan yang tak pernah usai. Semua ini memberi kesan produktif, tetapi seberapa efektif waktu dan energi telah kita digunakan?
Studi terbaru menunjukkan bahwa 60% eksekutif sebenarnya terperangkap dalam rutinitas yang justru menghambat produktivitas mereka. Di balik ilusi kesibukan ini, mereka sering kali kehilangan fokus pada apa yang benar-benar penting: kemampuan yang relevan dan strategi nyata untuk menghadapi tantangan masa depan.
Saatnya kita mengidentifikasi "produktif atau sekadar sibuk" dan mulai berinvestasi pada keterampilan-keterampilan yang esensial di era digital ini. Karena itu, artikel ini akan mengulas fenomena ini secara mendalam serta mengidentifikasi keterampilan masa depan (future skills) yang perlu dikuasai oleh para pemimpin agar mampu bersaing dan beradaptasi dengan tuntutan era digital dan global.
Memahami Produktivitas Semu: Antara Kesibukan dan Efektivitas
Produktivitas semu adalah kondisi di mana individu atau tim tampak sibuk dan memiliki jadwal padat, namun tidak menghasilkan dampak strategis yang signifikan. Menurut studi yang dipublikasikan oleh Harvard Business Review pada tahun 2023, lebih dari 60% eksekutif mengakui bahwa mereka sering kali terjebak dalam "rutinitas kesibukan" yang tidak efektif.