Suatu hari, di sudut gedung tinggi yang ramai dengan bisik-bisik, seorang pejabat berdasi mengamati layar laptopnya yang menampilkan situs "Judol". Sambil tersenyum tipis, ia berbisik kepada rekan sebelahnya, "Katanya, judi online itu penyakit bangsa yang sulit diberantas. Padahal, mungkin tanah tempat ia tumbuh memang sengaja dipupuk. Ya, biar makin subur..."
Rekannya tertawa kecil sambil mengangguk setuju, "Iya, ini bak jamur yang tiap kali ditebas, eh malah tumbuh lagi. Ternyata bukan jamurnya yang kuat, tapi pupuknya yang rutin disiramin." Mereka berdua tersenyum sinis, seolah tengah berdialog penuh makna tentang filosofi jamur dan tanah.
Di pojok ruangan lain, seorang yang lebih tua dan kelihatan berpengalaman ikut bergabung sambil mendesah, "Kalian ingat pepatah? Dulu katanya, 'Tidak ada beking yang abadi'. Tapi sekarang, sepertinya harus diubah: 'kecuali kalau fee-nya jalan terus tiap bulan'." Semua tertawa pelan, namun matanya tetap waspada, takut ada yang mendengar.
Di antara tawa mereka, seorang muda yang baru bergabung di tim itu bertanya polos, "Jadi, kenapa sih dari 5.000 situs yang harusnya diblokir, justru 1.000 malah 'dibina'? Sebenarnya yang dibersihkan itu situsnya atau niat kita ya?" Pertanyaannya membangkitkan tawa kecil, tapi wajah-wajah lain mulai berpikir. Di satu sisi, ada yang merasa terhibur, tapi di sisi lain ada yang mulai merasa pertanyaan ini terlalu menusuk.
"Yah," ujar seorang senior yang duduk agak jauh dengan nada bergurau, "kalau kita ngomongin kebijakan bersih-bersih, pastikan dulu sapu yang dipakai nggak kotor oleh debu kepentingan." Lagi-lagi, tawa terdengar, lebih keras kali ini. Ada yang bertepuk tangan kecil sambil mengangguk tanda setuju.
Lalu, seorang petugas teknis ikut nimbrung, "Lucu, ya! Judol sekarang kayak kartu SIM. Blokir satu, eh muncul lagi sepuluh. Ternyata yang jual nomor ganda bukan hanya provider, tapi... ya kalian tahu lah!" Semua tertawa keras, merasa sindiran itu pas sekali menggambarkan fenomena yang mereka hadapi.
Namun, obrolan mereka mendadak hening saat seorang baru datang dengan gaya kekinian dan membumbui percakapan dengan semangat, "Bayangkan, seribu situs yang dibina itu sama saja seperti menanam ranjau di taman keadilan. Suatu hari, bisa meledak dan kena kita sendiri, loh." Sebagian mulai terlihat sedikit gelisah, tapi ada juga yang tertawa, merasa ucapan itu cuma lelucon belaka.
Seorang pejabat senior, sambil menyembunyikan senyum nakal, berbisik, "Memang sih, katanya kita musuhi Judol habis-habisan. Tapi kok ya yang jabatannya tinggi tetap gandeng mesra, kayak drama Korea ya? Antara cinta dan rahasia, gitu..." Meledaklah tawa di ruangan itu. Entah siapa yang menyuarakan, "Iya, iya, antara cinta dan rahasia. Mana tahu, ada sequel episode berikutnya!"
Lalu tiba giliran seorang staf muda yang agak berani nyeletuk sambil terkekeh, "Bisa jadi, misi kita bukan buat musnahin Judol, tapi sekadar menaikkan level mereka. Dari judi jadi bisnis 'game daring terarah'." Ruangan kembali penuh tawa, meskipun sebagian mulai berpikir dalam hati, siapa tahu ucapan itu bisa benar-benar menjadi kenyataan.
---
Dan begitulah cerita berakhir, mereka tertawa bersama, tapi siapa tahu, mungkin mereka pulang membawa sedikit refleksi... atau sekadar cerita untuk ditertawakan lagi esok hari.