Hidup adalah kebermaknaan. Tanpa kebermaknaan, hidup hanyalah kesia-siaan. Karenanya, dalam kehidupan ini, setiap langkah kita memiliki tujuan yang lebih besar dari sekadar keberadaan fisik. Bagaimana kita memandang dunia, menata niat, dan mencari kebermaknaan hidup menjadi barometer utama ilmu yang bermanfaat.
Di sinilah kita menyadari bahwa ilmu tidak sekadar akumulasi pengetahuan, melainkan sesuatu yang membentuk karakter, menguatkan jiwa, dan melapangkan hati.
Ilmu yang Membuka Hati
Ibnul Qoyyim dengan bijaknya berkata, "Di antara yang dapat melapangkan dada adalah ilmu agama; sungguh, ia dapat meluaskan dada hingga lebih luas dari dunia. Adapun kebodohan, ia menjadikan hati sempit, terhimpit, dan terpenjara." Ini adalah sebuah pesan yang kuat bahwa ilmu yang sejati memiliki kekuatan untuk melepaskan kita dari belenggu kesempitan hati dan pikiran.