Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humor Pilihan

Jadi Keluarga Nebeng Itu Enak Kali, Ya?

22 September 2024   17:08 Diperbarui: 22 September 2024   17:51 164 6
"Nebeng itu mungkin terasa gratis, tapi dalam hidup, yang paling berharga adalah usaha sendiri. Nebeng bisa bikin kita terbang tinggi, tapi kerja keras bikin kita tetap di atas!"

Di suatu sore yang tenang, Pak Broto, seorang bapak yang suka berbagi cerita unik, sedang berkumpul dengan teman-temannya di warung kopi favorit. Mereka baru saja membaca berita tentang "nebeng jet pribadi" yang viral di media sosial. Tentu saja, diskusi mereka jadi semakin seru.

"Bro, kamu tahu nggak? Nebeng itu gratis, katanya..." ujar Pak Broto sambil memulai ceritanya. Dia menyesap kopinya dengan santai. "Seperti angin yang berlalu tanpa pamrih, tapi anehnya, kenapa ada yang selalu dapat 'semilir' lebih sejuk, ya? Kayak anginnya disetting biar spesial gitu."

Pak Jono yang duduk di sebelahnya langsung nyengir. "Ya iyalah, di dunia ini mana ada yang gratis, kecuali kalau kamu sudah lahir dengan 'tiket VVIP'. Kalau gitu, ya tinggal senyum aja, semua masalah beres! Tapi, pertanyaannya... siapa yang bayar harga di balik senyuman nebeng itu?"

Semua tertawa, kecuali Pak Budi yang sejak tadi tampak merenung sambil mengelus dagu. "Aku dengar ada kisah seseorang yang nebeng kapal terbang mewah, tapi kayaknya dia nggak pernah khawatir soal tiketnya," katanya dengan nada serius. "Mungkin karena kapalnya selalu menuju bandara yang sama: 'Bandara Kebetulan.'"

Seketika ruangan dipenuhi tawa. "Hahaha, bandara kebetulan!" teriak Pak Jono. "Iya, iya... katanya, 'teman sejati adalah yang nggak hitung-hitungan'. Tapi kok kayaknya ada yang mengambil kalimat itu terlalu harfiah, terutama soal nebeng jet pribadi."

"Betul banget!" sambung Pak Broto, "Kebetulan sekali katanya, nebeng sekali, ya mungkin. Tapi kalau nebeng berkali-kali? Eh, jangan-jangan kebetulan itu sudah punya langganan!"

Pak Budi kembali tersenyum, "Iya ya, apakah tiket nebeng itu cuma buat mereka yang tahu jalan pintas ke 'langit'? Kita yang nggak tahu jalan, cuma bisa nebeng angkot."

Tawa semakin pecah. Lalu Pak Jono dengan ekspresi polosnya menambahkan, "Bro, kalau ada aplikasi nebeng jet pribadi, tolong dong info-in! Aku penasaran aja, siapa tahu kita juga bisa dapat 'tumpangan' gratis ke masa depan yang cerah. Udah bosan nebeng ke masa depan yang buram."

Pak Broto langsung menyambar, "Nebeng jet pribadi itu kayak cheat code dalam game, yang lain harus grinding dulu, kerja keras, nabung, terus baru beli tiket. Kita langsung skip ke level boss, Bro!"

Pak Budi tak mau kalah. "Eh, jadi gini... Aku baru tahu ada aplikasi nebeng namanya 'Nebeng Pro'. Tapi sayangnya, aplikasi ini cuma bisa diakses pakai 'koneksi keluarga'. Dan bukan, bukan Wi-Fi, ya! Hahaha."

Pak Jono tertawa paling keras, hampir tersedak kopinya. "Iya, iya, kalau nebeng ke kantor, sih, masih biasa. Tapi kalau nebeng jet pribadi? Itu namanya nebeng dengan upgrade first class, Bro!"

"Ah, itu mah sebentar", kata Pak Budi menimpali. "Yang enak mah nebeng ke kekuasaan, nebeng ke partai, atau nebeng ke paman yang punya kuasa ya... Kan agak lama rasa dan sensasinya.."

"Ah, kau bisa aja", kata Pak Broto sambil membuka dompetnya. "Itu sih ikatan keluarga nebeng, namanya. Nih, aku sekarang bayarin kalian ngopi semua! Karena kita sekarang, sudah jadi Keluarga Nebeng Kopi Bahagia Sejahtera...".

Mereka tertawa terbahak-bahak sampai menarik perhatian orang-orang di warung kopi itu. Mereka pun senang ada yang traktirin ngopi saat itu.

Cerita mereka tentang "nebeng" ini benar-benar jadi bahan hiburan yang menyegarkan sore mereka. Tapi yang lebih penting, di balik tawa yang terus bergema, ada refleksi kecil tentang fenomena yang ternyata sangat dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari - nebeng yang bukan sembarang nebeng.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun