Ketika cinta tertanam dalam hati yang penuh dengan keikhlasan dan keteguhan iman, ia menjadi sumber kekuatan yang tak terkalahkan. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi cahaya yang menerangi kegelapan, menuntun jiwa dalam kesabaran, dan melindungi hati dari goresan fitnah serta kezaliman yang menyakitkan.
Lihatlah bagaimana cinta tersebut tertanam dalam hati Imam Bukhari, seorang ulama besar yang namanya telah mengharumkan Islam. Kisah hidup beliau tidak hanya dipenuhi dengan ilmu yang gemilang, tetapi juga dengan ujian-ujian yang berat. Celaan, fitnah, bahkan kezaliman yang diarahkan kepadanya tidak sedikit. Namun, yang luar biasa dari sosok ini adalah kemampuannya untuk tetap tenang, sabar, dan tidak membalas keburukan dengan keburukan.
Suatu ketika, ada yang bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak pernah mendoakan keburukan terhadap orang-orang yang telah menzalimi, menyakiti, dan memfitnah dirimu?”
Imam Bukhari menjawab dengan lembut, "Karena Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Bersabarlah sehingga kalian dapat berjumpa denganku di telaga (pada hari kiamat)'." (HR. Bukhari).
Jawaban ini menyiratkan cinta yang dalam, cinta yang tak terbatas kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Cinta inilah yang membuat beliau bertahan. Ia tidak hanya memelihara ilmunya, tetapi juga jiwanya, dari rasa benci dan dendam.