Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Tunduk di Hadapan Allah, Tinggi di Mata-Nya: Kekuatan Kerendahan Hati dalam Dakwah

11 September 2024   06:07 Diperbarui: 11 September 2024   06:12 142 6
"Merasa rendah dalam dakwah bukanlah kelemahan, tetapi kekuatan yang lahir dari kesadaran akan kebesaran Allah. Semakin kita tunduk di hadapan-Nya, semakin tinggi kita diangkat oleh-Nya."

Bersiaplah lelah dalam dakwah, karena dakwah itu sungguh susah. Khususnya untuk lingkar terkecil dimana kita berada.

Dalam setiap langkah dakwah, ada sebuah rahasia yang tersembunyi di balik kerendahan hati yang seringkali terlewat dari pandangan mata. Ketika seorang hamba menganggap dirinya lebih rendah dari seekor lalat demi memperjuangkan agama Allah, maka saat itulah dia mendekati puncak kemuliaan yang sejati di sisi-Nya.

Seperti yang disampaikan oleh Ibnul Jauzi saat mensifati Imam Ahmad –rahimahullah–, "Orang ini menganggap rendah dirinya demi (memperjuangkan agama) Allah Ta'ala, sehingga dia mengorbankan dirinya, sebagaimana Bilal dahulu menganggap rendah dirinya. Kami telah meriwayatkan dari Sa'id bin Musayyab bahwa dia menganggap dirinya lebih rendah daripada seekor lalat demi (memperjuangkan agama) Allah. Harga diri mereka rendahkan, karena mereka menatap hasil akhir yang baik, karena penglihatan yang didasari ilmu akan melihat hasil akhir, bukan keadaan sekarang" (Manaqib Imam Ahmad, hal: 446).

1. Hakikat Merendahkan Diri dalam Dakwah

Merendahkan diri di hadapan Allah bukan berarti menghinakan diri, melainkan bentuk kesadaran mendalam akan kebesaran Sang Pencipta dan kelemahan makhluk. Kesadaran inilah yang menuntun para pejuang tauhid untuk selalu menjaga hati dari kesombongan dan selalu mengutamakan kehendak-Nya di atas segala keinginan duniawi.

Bilal bin Rabah, seorang sahabat yang dikenal dengan keimanannya yang kokoh, menjadi teladan dalam hal ini. Meskipun ia datang dari kalangan budak, tetapi di hadapan Allah, ia menjadi salah satu pribadi yang paling mulia karena kerendahan hatinya dalam menerima dan mengamalkan dakwah Islam. Ini menunjukkan bahwa harga diri di mata manusia tidaklah seberapa dibandingkan dengan harga diri di hadapan Allah.

2. Mengosongkan Diri untuk Mengisi Jiwa dengan Ilmu dan Hikmah

Seperti gelas yang harus dikosongkan sebelum bisa diisi kembali, seorang da'i harus selalu berusaha mengosongkan dirinya dari kesombongan dan keangkuhan agar ia bisa menimba ilmu dan hikmah yang lebih dalam. Ketika gelas itu penuh dengan kebanggaan diri, maka ia tidak akan mampu menerima ilmu yang baru, apalagi menyalurkannya kepada orang lain.

Oleh karena itu, setiap langkah dakwah haruslah diiringi dengan muhasabah diri yang terus menerus, agar kita senantiasa menyadari posisi kita sebagai hamba yang kecil di hadapan kebesaran Allah.

3. Kemuliaan yang Diberikan Allah kepada Hamba yang Taat

Kerendahan hati dalam dakwah bukanlah untuk menjatuhkan martabat diri, melainkan cara Allah untuk memuliakan hamba-Nya yang taat. Lihatlah bagaimana Allah sering menyebut Nabi Muhammad –shollallahu 'alaihi wasallam– sebagai "hamba-Nya" dalam Al-Qur'an. Sebutan ini bukan untuk merendahkan beliau, tetapi untuk menunjukkan betapa tingginya kedudukan seorang hamba yang taat dan tunduk sepenuhnya kepada kehendak-Nya. Nabi Muhammad –shollallahu 'alaihi wasallam– menjadi contoh teladan tertinggi tentang bagaimana kerendahan hati membawa kepada kemuliaan yang hakiki.

4. Menatap Akhir yang Baik

Pejuang tauhid tidak pernah menilai dirinya dari apa yang dilihat oleh manusia saat ini. Mereka memandang jauh ke depan, menatap akhir yang baik yang dijanjikan oleh Allah. Karena itu, mereka tidak pernah merasa rugi untuk merendahkan diri di dunia ini, sebab mereka tahu, kemuliaan yang abadi menanti mereka di akhirat.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad –shollallahu 'alaihi wasallam–, "Barangsiapa yang merendahkan diri di hadapan Allah, maka Allah akan meninggikan derajatnya" (HR. Muslim). Ini adalah janji yang pasti, bahwa setiap hamba yang dengan tulus merendahkan dirinya demi Allah, akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi-Nya.

Kesimpulan:

Merasa rendah dalam dakwah bukanlah tanda kelemahan, melainkan sebuah kekuatan yang tersembunyi di balik kesadaran akan kebesaran Allah. Kerendahan hati ini adalah pintu gerbang menuju kemuliaan yang hakiki, yang hanya dapat diraih oleh mereka yang benar-benar tunduk dan taat kepada-Nya. Oleh karena itu, mari kita terus berjuang di jalan-Nya dengan hati yang penuh kerendahan, agar kita dapat mencapai kedudukan yang tinggi di sisi-Nya.

Semoga artikel ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus merendahkan hati di hadapan Allah dan mengisinya dengan ilmu, hikmah, serta kebajikan. Semoga Allah selalu membimbing langkah kita dalam meniti jalan dakwah ini. Wallahu a'lam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun