Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Ketika Garuda Terluka

22 Agustus 2024   09:58 Diperbarui: 22 Agustus 2024   10:40 164 11
Di tanah ini, di tanah kering yang berserah,  
Ketika suara serak rakyat melayang, terluka, Ada bisik-bisik dingin dari lorong sejarah,  
Pembangkangan konstitusi, melukai tatanan kita.

Undang-undang seharusnya jadi panutan,  
Dibuang begitu saja, diremehkan, disia-siakan,  
Satu persatu nilai dan prinsip yang dibangun,
Hancur di ujung rapat yang penuh kepentingan.

Garuda biru berkibar, namun sayapnya terluka,  
Sebab putusan MK yang tegak menegakkan keadilan,  
Dikhianati oleh tangan-tangan yang tergesa,  
Mengubah batasan, membelokkan kebenaran.

Di media sosial, suara rakyat meluap,  
Tagar "Peringatan Darurat" menggema,  
Tapi tak terdengar di lorong kekuasaan,  
Perdebatan itu hanya menambah luka.

Di tengah keramaian, hati-hati tersiksa,  
Pilihan demi pilihan, yang tak mendengar suara,  
Konstitusi dipermainkan, dicabik-cabik,  
Sementara kita berdiri sendiri, penuh kecewa.

Kita pernah bersumpah di bawah bendera,  
Menjaga keadilan, menjaga tanah tercinta,  
Namun kini, kita bertanya pada diri sendiri,  
Apa yang tersisa, jika hukum dikhianati tak lagi berharga?

Dalam sepi malam, kita meratap dan bertanya,  
Kemana arah bangsa ini pergi?  
Apakah nilai-nilai yang dulu kita junjung tinggi,  
Kini hanya tinggal puing di antara kebisingan?

Biarlah puisi ini menjadi saksi,  
Dalam kesunyian dan kesedihan yang tak terucap,  
Di tengah gelombang perubahan,  
Kita masih berharap pada keadilan yang tersisa,  
Di antara puing-puing konstitusi yang hancur parah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun