Ketika pujian datang menghampiri, hati kita mungkin sesaat merasa senang. Namun, di balik senyuman yang tersungging, tersembunyi ujian yang sering kali tak disadari.
Pujian, bila tidak disikapi dengan baik, dapat membawa kita pada kebanggaan diri yang berlebihan, merusak hati dan amal. Pujian itu jadi racun.
Karena itu, mari kita renungkan pentingnya menyikapi pujian dengan bijak melalui pandangan Islam yang luhur dan mulia.
Pujian itu Hakikatnya Ujian yang Terselubung
Pujian adalah bentuk pengakuan dari orang lain terhadap kelebihan atau prestasi yang kita miliki. Namun, apakah kita benar-benar layak menerima semua pujian itu? Inilah doa yang sepatutnya kita panjatkan saat mendapat pujian:
"Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaanku daripada diriku sendiri. Dan aku lebih mengetahui keadaan diriku sendiri daripada mereka yang memuji. Ya Allah, jadikan aku lebih baik dari yang mereka sangka. Ampuni aku terhadap apa yang tidak mereka ketahui dariku. Dan jangan Engkau bebani aku siksa sebab apa yang mereka ucapkan." (Syu'abul Iman: 4876 al-Baihaqi)
Doa ini mengingatkan kita bahwa pujian hakikatnya adalah ujian. Apakah kita mampu tetap rendah hati dan sadar akan kekurangan kita, atau justru terjerumus dalam kesombongan?
Menghindari Kesombongan: Menjaga Hati dari Tipu Daya
Allah SWT berfirman dalam An-Najm 53: 32 : "Allah mengetahui segala tentang kamu, sejak Allah menjadikanmu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka, janganlah menganggap dirimu suci. Allah mengetahui tentang orang bertakwa."
Ayat ini menegaskan bahwa kita tidak boleh merasa diri kita suci atau lebih baik dari orang lain. Kesombongan adalah penyakit hati yang berbahaya, yang dapat merusak amal dan mendekatkan kita pada murka Allah. Oleh karena itu, setiap kali pujian datang, sepatutnya kita bersikap rendah hati dan introspektif.
Menyikapi Pujian dengan Rendah Hati
Agar kita tidak terjebak dalam kebanggaan diri, ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan:
a. Mengucapkan Alhamdulillah
Ketika mendapat pujian, segeralah ucapkan: "Alhamdulillah, segala puji hanyalah milik Allah." Dengan demikian, kita mengembalikan semua pujian kepada Sang Pencipta yang sebenarnya.
b. Berempati terhadap Orang Lain
Latihlah diri untuk selalu berempati dan menghormati orang lain. Dengan menempatkan diri pada posisi orang lain, kita akan lebih mudah memahami bahwa semua kelebihan yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah SWT.
c. Berbagi dan Sopan Santun
Berbagi kebaikan tanpa pamrih dan berlaku sopan santun adalah cara efektif untuk menjaga hati tetap rendah. Hal ini akan mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati terletak pada keikhlasan dalam berbuat baik.
Kesimpulan:Â Menggapai Keridhaan Ilahi
Mensikapi pujian dengan bijak adalah tanda ketaatan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Pujian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari ujian yang harus kita lalui dengan penuh kesadaran. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk selalu rendah hati, ikhlas, dan istiqamah dalam menjalankan perintah-Nya.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, kita dapat menjaga hati tetap rendah dan tidak terlalu bangga dengan pujian yang diberikan. Semoga tulisan ini dapat menjadi motivasi dan inspirasi bagi kita semua dalam menjalani kehidupan yang penuh berkah dan rahmat dari Allah SWT.