Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Kekuatan Diam: Menjadi Bijaksana dalam Kata-kata dan Keheningan

9 Mei 2024   06:07 Diperbarui: 9 Mei 2024   06:48 369 6
"Ketika kata-kata terhenti, hati-hati bersuara. Diam adalah doa yang tak terucapkan namun terdengar di sana-sini. Menyaksikan dunia dengan hati yang hening, dapat membuka pintu ilmu dan kebijaksanaan yang baru."

Setiap kata itu ada makna dan energinya. Dalam jalinan sosial yang rumit, kata-kata kita memiliki kekuatan yang tak terhingga. Kata-kata yang terpilih itu bisa merubah orang, menghinoptis massa, bahkan menggerakkan revolusi.

Setiap suara yang kita keluarkan adalah potensi untuk membangun atau menghancurkan. Menghidupkan atau mematikan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga lisan setiap saat, sehingga kita dapat terus memberi manfaat. Tentu, dengan kata-kata yang baik, benar, tepat dan terpilih.

Bila tidak, orang tua kita sudah pernah mengingatkan, bahwa "Mulutmu, harimaumu".

Mulut juga bisa mengangkat dan memuliakan, juga bisa menjatuhkan dan menghinakan.

Rasulullah Muhammad SAW, sebagai teladan bagi umat manusia, telah memberikan arahan yang jelas mengenai pentingnya berbicara dengan baik atau lebih baik diam. Beliau bersabda, "Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika kita berbicara, kita harus ingat bahwa kata-kata kita memiliki kekuatan untuk menyentuh hati orang lain. Bisa jadi apa yang kita sampaikan dengan santai, tanpa pikir panjang, adalah paku yang menyakitkan hati seseorang.

Karena itu, seorang yang beriman haruslah bijaksana dalam berbicara, memilih kata-kata dengan cermat, dan menghindari omongan yang tak bermanfaat.

Al-Hasan Al-Bashri, seorang ulama besar, menasihati kita dengan bijaksana, "Jika engkau duduk bersama orang bodoh, maka diamlah. Jika engkau duduk bersama ulama maka diamlah. Sesungguhnya diammu di hadapan orang bodoh akan menambah kebijaksanaanmu dan diammu di hadapan ulama akan menambah ilmumu."

Terkadang, dalam diam kita menemukan kedalaman yang tak terjamah oleh kata-kata. Diam bukanlah kelemahan, melainkan kebijaksanaan yang melampaui kehendak untuk menyuarakan setiap pikiran. Diam itu emas, dan bicara itu perak.

Adakalanya, menyaksikan dunia dengan hati yang hening dapat membuka pintu ilmu dan kebijaksanaan yang baru.

Sebagai seorang yang beriman, kita diharapkan untuk tidak hanya menjaga hubungan baik dengan Allah, tetapi juga dengan sesama makhluk-Nya. Kita diajarkan untuk menghormati tetangga kita, untuk memberikan penghormatan kepada tamu kita. Bahkan dalam diam, kita dapat memuliakan orang lain dengan cara kita bersikap dan beradab.

Jadi, ketika kita merasa tak mampu berkata baik, jangan ragu untuk memilih diam. Tahan, dan diamlah.

Diam adalah doa yang tak terucapkan namun terdengar di sana-sini. Diam adalah tanda ketakwaan dan kebijaksanaan. Mari kita tingkatkan kesadaran kita akan kekuatan kata-kata, dan jika tak mampu berkata yang baik, lebih baik kita diam. Allah Maha Mengetahui apa yang tepat untuk kita.

Allahu Ta'ala A'lam bishawab

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun