Credit Union berasal dari kata bahasa Latin: Credere = percaya, dan Unio = perkumpulan. Credit Union diartikan sebagai kumpulan orang yang saling percaya, dalam suatu ikatan pemersatu yang sepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota yang rajin untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.
Credit Union bukan tempat untuk memberikan sumbangan dan bukan tempat untuk mendapatkan sumbangan. Melainkan untuk saling membantu melalui penciptaan modal secara demokrasi sesuai kemampuan sendiri. Secara demokrasi artinya gerakan kebersamaan dari anggota oleh anggota dan untuk anggota. Kemampuan sendiri artinya memiliki kemandirian dan tidak menggantungkan sumbangan kepada pihak lain melainkan menciptakan modal dari anggota dan meminjamkan kepada anggota yang rajin. Maka 70% hinga 80% modal yang terkumpul harus beredar kembali kepada anggota.
Ada 4 alasan jelas yang disampaikan oleh The Father of Credit Union, Friedrich Wilhelm Raiffeisen (30 Maret 1818-, 11 Maret 1888) yang menjelaskan bahwa Credit Union adalah lembaga pemberdayaan masyarakat.
Pernyataan F.W. Raiffeisen tentang tujuan Credit Union.
F.W. Raiffeisen membahas pertemuan 30 orang yang ingin membentuk Credit Union:
"Saya tidak dapat menawarkan kepada anda sebuah keajaiban yang akan membebaskan anda dari kemiskinan, tanpa adanya usaha dari anda sendiri. Tetapi satu cara yang mana saya tidak tahu apakah orang dapat mengikutinya. Namun jika semua bekerja bersama untuk hal yang baik maka dapat mencapai tujuan ini, yaitu kebebasan dari keinginan. Kita harus memulai dari prinsip dasar ini sebagai cara untuk untuk memperbaiki kesejahteraan fisik, lalu kesejahteraan spiritual (moral) dan juga meningkatkan keuntungan bersama. Dengan cara menyediakan pinjaman untuk keperluan anggota komunitas yang rajin. Mereka akan memampukan dirinya untuk menikmati buah dari usaha dan penghematan mereka, daripada bekerja untuk keuntungan para lintah darat. Dengan cara ini, mereka akan terbebas dari berbagai bentuk bantuan dari luar yang hanya sementara mengurangi kemiskinan mereka, tetapi memiliki konsekuensi yang jauh lebih pahit.”