Di ufuk timur mentari mulai menyapa,
Menyinari dunia dengan hangatnya,
Namun di pipiku masih terasa sisa air mata,
Luka masa lalu yang tak kunjung terlupa.
Di balik setiap goresan pena,
Terukir kisah pilu yang tak terkira,
Sampai huruf terakhir sajak yang ku tulis,
Kau lah yang bertanggung jawab atas air mataku.
Terlalu ingin memastikan masa depan,
Membuatku lupa mensyukuri hari ini,
Terlena dalam kecemasan dan ketakutan,
Hingga tak mampu menikmati keindahan yang ada di sini.
Namun, di sela-sela rasa sakit dan penyesalan,
Seulas senyum terukir di wajahku,
Bersyukur atas setiap hembusan nafas,
Dan atas kesempatan untuk hidup di dunia ini.
Terima kasih, ya Tuhan,
Atas cinta dan kasih sayang-Mu,
Yang selalu menuntunku di jalan yang benar,
Dan membantuku melewati masa-masa sulit.