Bait 1:
Di persimpangan jalan, jiwa bimbang terombang-ambing,
Rasa takut dan menyerah bagai belenggu yang mengikat.
Ingin bertahan, tapi tak kuasa menahan beban,
Ingin mengakhiri, tapi bayang-bayang kematian menghantui.
Bait 2:
Air mata mengalir bagai sungai yang tak bertepi,
Menyiram luka hati yang perih dan pedih.
Mencari jawaban di tengah kegelapan,
Mencari secercah harapan di tengah keputusasaan.
Bait 3:
Dan tiba-tiba, kalimat itu muncul, bagai bisikan di telinga,
"Kelak jika tiba-tiba aku pergi tanpa aba-aba,
Semoga kepulanganku sudah dalam keadaan siap untuk tempat terakhirku."
Bait 4:
Kalimat itu bagai petir yang menyambar di tengah badai,
Menyentakkan jiwa dari keterpurukan yang kelam.
Menyadarkan bahwa hidup ini tak boleh sia-sia,
Harus diperjuangkan dengan penuh makna.
Bait 5:
Jangan merasa kesepian, wahai jiwa yang terluka,
Seluruh alam semesta ada di dalam dirimu.
Berhentilah bertingkah sekecil itu,
Kamu adalah alam semesta yang bergerak dengan gembira.
Bait 6:
Nyalakan hidupmu, kobarkan semangatmu,
Harga dirimu ditentukan oleh dirimu sendiri.
Kamu tidak harus bergantung pada orang lain,
Kamu adalah kekuatan yang tak ternilai.
Bait 7:
Bangkitlah, wahai roh asa,
Langkahkan kakimu dengan penuh keyakinan.
Hadapi dunia dengan berani dan tegar,
Raihlah mimpimu dan ciptakan masa depan yang gemilang.