Terukir di naskah kuno, warisan leluhur Jawa,
Primbon hadir bagai lentera, menerangi makna.
Ramalan hari, baik dan nahas, menuntun langkah kaki,
Mencari keberuntungan, menjauhi nasib sial.
Bukan sekadar ramalan, Primbon simpan ilmu sejati,
Kejawaan terhimpun rapi, di dalamnya terkandung arti.
Rumus gaib, rajah mantra, doa penuntun jiwa,
Tafsir mimpi jadi petunjuk, membuka tabir makna.
Sistem bilangan rumit, hitungan penuh makna,
Mencari hari mujur, untuk melangkah di alam nyata.
Selamatan, membangun rumah, memulai perjalanan,
Segala hajatan penting, Primbon jadi pedoman.
Bagi individu dan masyarakat, Primbon jadi panduan,
Mencari kedamaian hati, di tengah hiruk pikuk kehidupan.
Bukan takdir yang dicengkeram, tapi kearifan yang dipelajari,
Menjalani hidup dengan penuh kesadaran, dan tanggung jawab suci.
Namun ingatlah, Primbon bukan penentu tunggal,
Hanya penunjuk jalan, di persimpangan pilihan yang rumit.
Tetaplah kritis, dengarkan kata hati, dan ikuti nurani,
Manusia merdeka, penentu jalan hidupnya sendiri.
Primbon, warisan budaya, kekayaan bangsa,
Dilestarikan dengan bijak, dipahami dengan makna.
Bukan sekadar ramalan, tapi jendela kearifan lokal,
Menuntun langkah di dunia, menuju masa depan yang cerah.