Langit kelabu menyelimuti bumi,
Hujan turun tanpa henti.
Derasnya air bagai tirai yang rapat,
Memenjarakanku dalam dingin yang tak terkira.
Jendela kamar menjadi batas pandang,
Menyaksikan dunia yang kabur oleh air hujan.
Suara tetesan yang tiada henti,
Menciptakan melodi kesepian yang mencekam.
Tubuhku menggigil kedinginan,
Selimut tak mampu menghangatkan jiwa.
Rasa rindu pada kehangatan matahari,
Menyiksa diri dalam kesendirian yang sunyi.
Hujan terus turun tanpa henti,
Seperti air mata yang tak tertahankan.
Memendam rasa sedih dan kecewa,
Dalam penjara dingin yang tak terjamah.
Namun, di balik awan yang kelabu,
Aku masih melihat secercah cahaya.
Harapan akan datangnya hari yang cerah,
Ketika hujan reda dan matahari kembali bersinar.
Aku tahu, aku tak sendirian.
Hujan ini pun akan berlalu.
Dan aku akan kembali merasakan kehangatan,
Di bawah sinar mentari yang tulus dan bersahabat.