Berdiri pemimpin dengan hati nurani yang kelam.
Janji-janji manis bagai buih di lautan,
Terbang bersama angin, tanpa ada kenyataan.
Rakyat terbuai dalam mimpi indah,
Terlena dengan ilusi dan harapan semu.
Kebohongan dan manipulasi merajalela,
Kebenaran terkubur dalam lubang yang dalam.
Hati nurani pemimpin bagaikan pisau bermata dua,
Di satu sisi, berpura-pura peduli dan merdu.
Di sisi lain, mencengkeram kekuasaan dengan rakus,
Menindas rakyat dengan tangan besi yang kejam.
Namun, secercah cahaya masih bersinar,
Di hati rakyat yang masih memiliki nurani.
Suara-suara perlawanan mulai terdengar,
Menuntut keadilan dan perubahan yang nyata.
Mungkinkah negeri mimpi ini terbangun dari tidurnya?
Mungkinkah pemimpinnya menemukan hati nuraninya?
Ataukah selamanya terjebak dalam ilusi dan kebohongan?
Hanya waktu yang dapat menjawabnya.