Saat kusadari, yang mahal itu bukan uang,
melainkan ego kita yang tak terlihat,
kabut lembut di dalam rumah hati kita,
di mana hidup bersembunyi dalam lapisan rapuh.
Hidup hanyalah serangkaian momen,
beberapa penuh tawa, sebagian dihiasi duka,
mengingatkanku bahwa tak semuanya dalam genggaman,
ada hal yang harus kuterima, di luar kendali.
Namun, di tengah ketidakpastian yang merambat,
aku masih bisa memilih untuk tetap berharap,
karena apa yang jatuh, suatu saat akan bangkit,
dan di situ, iman mengulurkan tangannya dengan lembut.
Aku merangkul segala yang datang,
baik yang pahit maupun yang manis,
karena dalam pelukan harapan,
hidup ini adalah perjalanan yang berharga,
dan ego hanyalah kabut yang perlahan sirna.