Di balik tembok rumah, di balik kabut lembut,
Tersembunyi harta yang tak ternilai,
Bukan emas, perak, atau intan permata,
Melainkan ego kita, yang seringkali membuta.
Hidup bagai lautan, pasang surut silih berganti,
Sukacita dan duka, beriringan menari.
Tak semua bisa kita kendali,
Namun harapan tetap menyinari.
Apa yang jatuh, pasti akan bangkit kembali,
Seperti embun pagi, menetes di dedaunan hijau.
Iman menjadi pelita, menerangi jalan hidup ini,
Menuntun kita ke arah yang lebih baik.
Lebih mahal dari harta, adalah cinta dan kasih,
Lebih bernilai dari emas, adalah kebersamaan.
Ego yang membelenggu, perlahan kita lepaskan,
Agar hati menjadi lapang, penuh kedamaian.